Renjana kini mengambil posisi duduk di bangku kosong sebelah Wijaya Alaska, Renjana bingung kenapa alam mempertemukan mereka lagi, dari mana ia datang, untuk apa, kenapa takdir melabuhkan kehadapannya sekarang. Sejak perpisahan di SMA kala itu renjana dan Wijaya Alaska tidak pernah ada lagi komunikasi, kenapa sekarang takdir menyuruhnya kembali berinteraksi, apa ada maksud lain dari pencipta, tapi kenapa, ahhhh renjana menyerah, ia pasrah saja ini akan bagaimana dan kemana alurnya.
Wijaya Alaska “ Sudah lama?” Tanyanya dengan datar
Renjana “Apanya?” ternyata Alaska masih sama dia sangat irit dalam berbicara, tapi soal tindakan jangan sekalipun meragukan.
Wijaya Alaska “Suka main ke tempat ini” wijaya mencoba mencari letak kedua bola mata mungil itu, kedua mata renjana
Renjana “Semenjak aku datang ke kota ini aku sudah jatuh cinta pada tempat ini Alaska, mulai dari senja, pohon, angin sore, makananya, ramah tamah orangnya, bukit di sekelilingnya, kereta apinya, semuanya aku suka” Renjana memang suka sekali bercerita tidak akan terlewat satu hari tanpa ceritanya, tentang apapun, mungkin kalo ditanya kenapa ada tukang ketoprak di taman ini dia akan menjawabnya, Alaska adalah panggilan yang renjana berikan disaat yang lain memanggilnya wijaya, sengaja ia memberikan panggilan itu biar setiap surya menyinari bumi ingatanya tidak pernah lekang dari teluk Alaska.
Wijaya Alaska “ ku kira sejak tadi” senyumnya kini mengembang
Renjana “ aku tau maksudmu” renjana enggan membalasnya secara berlebihan, semuanya harus ada batasanya sekarang
Wijaya Alaska “jadi, kapan kamu akan melihat surya dari puncak gunung na, aku masih nunggu jawaban itu” ucap Alaska penuh pengharapan
Renjana “ Sampai kapanpun aku tidak bisa menjawab itu ka, kamu tau sendiri seperti apa keadaannya, ini bukan lagi soal waktu, tapi memang ada yang harus lebih dijaga melebihi rasa apapun” kalimat itu spontan renjana ucapkan, sebab ia tau jika tidak dipertegas Alaska akan selalu menunggunya.
Wijaya Alaska “ Rasaku masih sama na, kalaupun kamu menjaga untuk yang lain”
Renjana “ Wijaya Alaska Pratama, kamu tidak boleh terus menerus memaksa sesuatu yang tidak menjadi kehendakmu, semuanya sudah diatur, kita sudah melihat surya dari semua sudut di kota semarang tapi tidak untuk melihatnya dari puncak, kamu pasti akan menemukan seseorang yang bisa membuatmu melupakan prinsip itu ka, bahkan kamu sendiri akan tersakiti oleh prinsipmu sendiri, nama Alaska akan tersimpan di bagian terkecil rasa nyaman ini ka, walaupun kamu tidak akan mungkin mengajakku ke puncak tapi semua tindakan dan rasa aman yang kamu berikan sudah lebih dari tingginya gunung-gunung itu, mulai sekarang berhenti menyakiti diri dengan harapanmu sendiri ka, aku masih menjadi renjanimu meski kita bukan untuk menyatu.” Tangannya menepuk pundak Alaska
Wijaya Alaska “Aku paham na, kenapa takdir menyuruhku bertemu kamu sekarang” dia berusaha tersenyum
Renjana “ Apa-apa yang sudah kita lewati akan tetap terkenang ka, bukan untuk mendaki gunung dan melihat surya dari sana tujuan kita bertemu, tapi sesederhana kita sama-sama bisa mengerti arti sebuah ketenangan yang melebihi senjaku ka, yaitu kita bisa memaknai hidup masing-masing dengan syukur yang luas.”
Wijaya Alaska “Selamat melanjutkan perjuangan masing-masing na, ucapan terima kasih dariku tidak akan pernah cukup dari sebuah ketenangan yang banyak kamu berikan,waktu kebersamaan menikmati senja yang sudah kamu berikan, aku paham bahwa kita tidak bisa memaksa apa yang sudah pencipta kehendaki, aku ikhlas melepas prinsipku jika prinsipku sendiri berkali-kali menyakitiku,na”
Renjana “Jangan terlalu menyesali hal yang tidak bisa digapai ka, semua tindakanmu sudah sangat cukup untuk dirasakan kebaikannya, sesungguhnya Allah tidak melambat-lambatkan sesuatu kecuali itu yang terbaik pun sebaliknya, apa yang kau cemaskan untuk hal yang belum atau bahkan belum bisa digapai ka, sedangkan sang pencipta maha pemurah atas semua nikmatnya.”
Wiyaja Alaska “ siappp komandann!” wijaya mengambil tas untuk digendong kakinya pelan- pelan melangkah meninggalkan renjana, ini pertemuan singkat yang menjawab semuanya.
Ada yang lebih menenangkan dari senja seorang (renjana) yaitu Alaska, sapanya menghangatkan, tindakannya selalu meyakinkan, tanggung jawabnya tidak pernah lepas dari genggamannya, pedulinya tidak setengah-setengah. Alaska akan selalu terjaga untuk seseorang yang menjaga juga, renjana tidak pantas jika harus mendahului sebuah takdir karena orang yang serius akan benar-benar datang menemui di waktu yang tepat, Renjana tahu Alaska menyimpan benih itu benih rasa yang seharusnya tidak pernah terjadi , bahkan renjana memaksa mengakhiri sebelum memulai, akhir dari kisah mereka memang bahagia tapi bahagia tidak selalu soal bersama, terus berjalan pada tujuan masing-masing adalah bahagia sesungguhnya sebelum akhirnya takdir menuntun mereka sampai pada tujuan itu, rumah yang nantinya abadi menjadi tempat ternyaman bagi Renjana dan Alaska. (*)
Biodata Penulis
Nama : Zahra Nur Alfiyah
Tempat, Tanggal Lahir : Purbalingga, 27 Mei 2004
Alamat Rumah : Grecol Rt 04 Rw 03, Kalimanah, Purbalingga, Jawa Tengah (53371) No Telepon: 082119531006
Email: zahranuralfiyah49@gmail.com
Media sosial: @zhrnaaa27_