Karya: Faiz Romli
Siang berganti malam, hujan berganti rembulan. Seorang gadis kecil yang ceria berlari-lari dibawah terangnya cahaya bintang, ditemani ibunya yang selalu memandang dengan penuh kasih sayang. Waktu semakin larut malam sang ibu memanggilnya seraya merangkul sang gadis dengan air mata yang berlinang untuk segera masuk kedalam rumah.
Di kala sore menjelang, seorang laki-laki datang mengetuk pintu dengan pelan dalam kondisi setengah sadar. Sang gadispun membukakan pintu untuknya. Dia adalah ayah tiri sang gadis yang baru saja pulang entah dari mana. Dalam hati sang gadis sebenarnya tersimpan rasa tidak senang terhadap ayah tirinya, karena sifatnya yang egois dan pemarah. Serta acuh terhadap keluarganya.
Ketika mentari menjulang, sang gadis selalu pergi ke halaman rumahnya untuk mengambil sepucuk surat yang datang untuknya tanpa sepengetahuan ayah tirinya. Kemudian sang gadis membawa surat itu ke dalam kamarnya dan membacanya dengan menahan air mata kerinduannya. Bagaimana tidak? Surat tersebut adalah dari ayah kandungnya yang sangat dia cintai. Betapa rindunya dia dengan ayah kandungnya yang sangat baik, sang gadis juga berharap akan kehadiran ayah kandungnya di dalam keluarganya.
Suara gentakan meja dan kata-kata kasar tak jarang sang gadis mendengar dari mulut ayah tirinya. Ayah sang gadis sangat melarang sang gadis untuk menjumpai ayah kandungnya. Untuk itu sang gadis selalu mengambil dan membaca surat dari ayah kandungnya secara diam-diam, karena sang gadis takut ayah tirinya mengetahui bahwa ayah kandungya mengirimkan surat untuknya setiap hari.
Ayah tiri sang gadis juga sering bertengkar dengan ibu sang gadis. Bak petir di siang bolong, ayah tirinya marah tanpa adanya alasan dan selalu terlelap dalam emosinya. Hati sang gadis sangat tersakiti ketika melihat ibu kandungnya mendapat perlakuan yang tidak diinginkan dari ayah tirinya.
Tak kuasa menahan rasa sakit di hatinya, segelintir ide muncul dari sang gadis. Melalui tangan kecilnya yang mungil dengan tetesan air mata sang gadis menulis kertas diselembar kertas untuk sang ayah kandungnya.
Di dalam surat, sang gadis mengungkapkan rasa rindu terhadap ayahnya dan menceritakan perlakuan ayah tirinya terhadap dirnya serta ibunya selama ini. Selesai menulis sepucuk surat sang gadis segera beranjak pergi menuju halaman rumahnya dan meletakkan surag itu ditempat ayah kandungnya meninggalkan surat untuknya. Sembari berharap agar ayahnya bisa kembali lagi bersamanya.
Hingga pada suatu hari ayah tirinya mendapati sang gadis sedang berada di halaman rumah, sontak ayah tirinya langsung menyuruh sang gadis untuk masuk kedalam rumah.
“He! sedang apa kamu disitu? cepat masuk kedalam!” Tanya ayah tiri sang sambil menyuruhnya masuk kedalam rumah,
“Eeee, iya pah” jawab sang gadis sembari berjalan masuk ke dalam rumah.
Tetapi ayah tirinya melihat sang gadis sedang menggenggam sesuatu ditangannya,
“Apa yang sedang kamu genggam?!” tanya ayah tiri sang gadis,
“Buu…bukan apa-apa pah” jawab sang gadis,
“Coba papah liat!” ujar ayah tiri sang gadis sembari menarik tangan sang gadis,
“Ini surat dari siapa?! jawab!” ayah tiri sang gadis yang kembali bertanya,
“Dar..dar…dari ayah pah” jawab sang gadis dengan ragu,
“Cepat masuk kedalam kamarmu sekarang!” perintah sang ayah tiri kepadanga.
Sang gadis pun masuk ke dalam kamarnya, dan dikunci oleh ayah tirinya.
Kemudian ayah tirinya marah-marah. Ibu sang gadis pun datang untuk menenangkan dan mencari tau apa yang telah terjadi. Namun, ibu sang gadis malah mendapat tamparan keras dari ayah tiri sang gadis. Lalu ayah tirinya menjelaskan apa yang baru saja terjadi dengan nada tinggi dan sambil menggedor meja dengan tangannya.
Tetapi harapan akan keinginan sang gadis melalui surat yang ditulisnya tidak barakhir sia-sia. Ayah kandungnya datang dengan gagah dan berani melawan perlakuan ayah tiri sang gadis yang telah dilakukan selama ini.
Setelah itu ayah kandung sang gadis menyuruh ayah tiri sang gadis agar segera pergi dan menjauh dari keluarga snag gadis. Kemudian ayah tiri sang gadispun pergi tanpa rasa bersalah sama sekali. Selepas ayah tiri sang gadis pergi, ayah kandungnya langsung membuka kunci kamar sang gadis dan memeluknya dengan erat melepas kerinduan yang selama ini terpendam sangat dalam.
Ibu sang gadispun langsung meminta maaf kepada ayah kandung sang gadis dengan air mata yang menetes dari matanya. Karena apa yang dilakukan selama ini adalah keputusan yang salah bagi dirinya dan bagi anak mereka. Ibu sang gadis meminta agar hubungan keluarganya dapat kembali dan menjalani kehidupan yang lebih baik, serta berharap dan berjanji ini semua ini adalah yang terakhir dan selama-lamanya untuk keluarganya.
Pada akhirnya ibu dan ayah kandung sang gadis bersatu kembali dalam keluarga kecil yang penuh kasih sayang. Sang gadispun berharap agar keluarganya tidak akan berpisah kembali, karena sang gadis sangat mencintai kedua orang tua kandungya. (*)
Faiz Romli, mahasiswa dari UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto.