Karya: Fadilah Nasuhah
Dua sosok anak perempuan yang menjadi teman sejak di taman kanak-kanak dan menjadi sahabat saat di bangku Madarasah Ibtidaiyah (MI) sebut saja Difa dan Difa. Mereka memiliki nama panggilan yang sama. Namun, karena mereka selalu bersama membuat mereka bingung saat ada yang memanggil akhirnya mereka memutuskan untuk memanggil nama salah satu dengan panggilan yang berbeda yaitu menjadi Difa dan Rizki.
Selama di MI mereka selalu bersama hampir tidak pernah terpisahkan dimana ada Difa pasti ada Rizki. Mereka tinggal satu desa hanya beda dusun saja.
Setelah 6 bahkan hampir 7 tahun bersama akhirnya mereka lulus MI dan melanjutkan sekolah di Madrasah Tsanawiyah (MTs. Dibangku MTs yang biasanya pembagian kelas diatur oleh pihak sekolah ternyata Difa dan Rizki satu kelas lagi. Namun, dengan suasana dan teman baru. Dari sinilah dua sahabat ini hubungan persahabatannya mulai meredup yang awalnya selalu bersama semenjak MTs jadi jarang ada waktu untuk bersama. Difa selalu berusaha untuk bisa mendekati Rizki dan bersikap biasa saja layaknya mereka saat di MI dulu.
Waktu terus berlalu ternyata Rizki semakin lama susah untuk didekati dia lebih sering dengan teman-teman barunya yaitu Bulan, Bintang, dan Pelangi. Difa yang merasa tidak punya teman lagi bahkan merasa dilupakan oleh sahabat kecilnya hanya bisa diam dan melihat keasikan Rizki dengan teman-teman barunya.
Semakin hari sikap Rizki berubah bahkan dia berani terang-terangan berpacaran didalam kelas. Difa sebagai sahabat sekaligus anak yang patuh dengan agama melihat hal itu dia berusaha mengingatkan Rizki agar tidak berpacaran apalagi dia baru anak MTs. Namun, Rizki tidak mau mendengarkan perkataan Difa bahkan suatu hari Rizki merasa bahwa Difa mengadukan kepada ibunya Rizki bahwa anaknya tersebut berpacaran bahkan terang-terangan di dalam kelas.
” Dif apa kamu yang ngadu ke ibuku kalo aku pacaran?” tanya Rizki dengan nada menuduh.
“Hah, engga lah aku ngga pernah ngadu apapun ke ibumu.” jawab Difa.
“Yang bener? Kan kamu yang ngga suka kalo aku pacaran?” saut Rizki dengan nada tinggi.
“Maaf ya Riz, ketemu ibu kamu aja aku jarang banget gimana mau ngaduin kalo kamu pacaran” jawab Difa dengan nada santai namun tegas.
Difa selalu menjawab dengan nada santai karena memang dia tidak melakukan hal yang dituduhkan Rizki padanya. Setelah kejadian itu terjadi, membuat mereka semakin jauh bahkan hampir tidak saling menyapa saat bertemu.
Tiga tahun pun berlalu, akhirnya mereka lulus MTs dengan teman dan kesibukan masing-masing.
Setelah lulus ternyata mereka melanjutkan sekolah di tempat yang sama yaitu Madrasah Aliyah (MA). Sudah beberapa waktu berlalu dan usia mereka yang sudah dewasa semua permasalahan diantara mereka mulai ada titik terangnya. Mereka sadar bahwa semua permasalahan yang terjadi dulu hanyalah salah paham dan akhirnya jarak diantara mereka pun sudah mulai membaik. Mereka berusaha untuk bersikap dewasa dan tidak mau mengungkit masa lalu. Akhirnya mereka berteman baik lagi walaupun tidak seperti dimasa MI dulu.
Tiga tahun berlalu, mereka pun lulus MA bersama. (*)
Biografi Penulis
Fadilah Nasuhah, lahir di desa terpencil Ciwuni daerah Kesugihan (Cilacap), pada 08 Maret 2003. Saat ini, dia tercatat sebagai mahasiswi aktif di Universitas Islam Negeri Prof K.H. Saefudin Zuhri Purwokerto. Alamat rumah: Ciwuni RT O2. RW 02. Kesugihan-Cilacap 53274.