• Setup menu at Appearance » Menus and assign menu to Top Bar Navigation
Selasa, Agustus 19, 2025
TAJDID.ID
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
      • LabMu
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
      • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • Catatan Hukum
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
      • LabMu
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
      • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • Catatan Hukum
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
tajdid.id
No Result
View All Result

Mengapa Harga Minyak Goreng Harus Naik?

Tikwan Raya Siregar by Tikwan Raya Siregar
2022/03/17
in Nasional, Opini
0
Mengapa Harga Minyak Goreng Harus Naik?

Ilustrasi buruh perkebunan sawit. (net)

Bagikan di FacebookBagikan di TwitterBagikan di Whatsapp

Oleh: Tikwan Raya Siregar

Harga minyak goreng naik, adalah karena sudah gilirannya para petani kelapa sawit mendapat imbalan yang layak. Mereka tinggal di kampung-kampung, sepi dari perhatian dunia, dan selalu menanggung biaya pupuk yang semakin mahal, serta biaya yang tinggi karena buruknya infrastruktur. Orang-orang kota yang konsumtif dan tidak pernah menanam satu pokok pun kelapa sawit tidak bisa selamanya manja, dan selamanya memetik kemudahan-kemudahan dengan meminum keringat buruh perkebunan yang menetes dari setiap tandan kelapa sawit yang mereka panen. Maka, rasakanlah!

Harga minyak goreng harus naik, karena rakyat sudah terlalu lama dididik untuk menjadi budak-budak tanam paksa melalui otoritas pasar yang dikendalikan sistem keuangan dunia, sehingga mereka lebih suka mengejar uang asing dan uang bank sentral ketimbang memproduksi dan mencukupi kebutuhannya sendiri.

Bahan baku melimpah di sekeliling mereka, tetapi mereka tidak berhasil membuatnya menjadi sekadar minyak goreng untuk keperluan dapurnya tanpa melalui proses panjang sebagai berikut: menjual kelapa sawit ke toke pengumpul, kemudian pengumpul membawa ke toke besar, toke besar menjual ke pabrik kelapa sawit, pabrik kelapa sawit mengolah buah menjadi CPO, lalu pabrik turunan CPO mengubahnya menjadi minyak goreng, seterusnya dijual ke distribusor besar, dialirkan ke distributor kecil, ke kedai ritel, dan barulah omak-omak memburunya di sana dengan menanggung beban atas seluruh siklus yang sangat berat dan panjang itu.

Berapa lapis pajak yang harus mereka tanggung pada setiap liternya? Berapa nilai tambah yang harus mereka setor kepada tiap pelaku usaha itu? Maka rasakanlah!

Kini, minyak goreng adalah cara paling mudah untuk memasak berbagai keperluan dapur secara cepat dan efektif. Awalnya memasak dengan minyak goreng hanya satu cara alternatif untuk mengolah makanan. Orang-orang kampung bisa membuat minyak goreng sendiri dari kelapa, dan cukup dua botol untuk beberapa bulan. Sebab mereka juga memasak dengan cara dipanggang, direbus, digulai, dituktuk, digonyoh, dikukus, dan berbagai cara lainnya.

Tapi sekarang orang-orang telah kehilangan waktu, “time is money”, sehingga cara paling mudah untuk mengolah makanan adalah dengan minyak goreng. Mereka mengikuti tradisi fast food seperti KFC, McD, dan kebiasaan orang-orang barat yang memang sangat tergantung pada persediaan lemak nabati, terutama untuk menghadapi musim dingin. Kehidupan yang terburu-buru karena mengejar uang, dan introduksi tradisi asing dalam pengolahan makanan, telah membuat bangsa ini tergantung pada satu jenis produk yang tidak mereka mampu untuk membuatnya sendiri.

Para cukong pun, seperti biasa, turut bermain di belakang promosi hidup bersama minyak goreng. Hidup instan. Makan instan. Minyak goreng adalah kebudayaan maju. Berpikirlah jernih seperti kejernihan minyak goreng anu. Maka rasakanlah!

Teknologi pertanian masih menjadi cita-cita bagi sebagian besar bangsa kita. Teknologi ini telah dimaknai sebagai teknologi pemupukan, teknologi perbenihan, teknologi pengairan, teknologi perawatan (pestisida dan herbisida), teknologi pengolahan, yang seluruhnya adalah dalam otoritas dan kendali korporasi dan regulasi.

Tiba-tiba pertanian telah diurus negara dan orang-orang yang memakai dasi. Para petani yang berkotor-kotor telah lumpuh dan hanya memegang peran sebagai tenaga kerja. Sedangkan hasilnya untuk seluruh pengendali teknologi itu.

Semua teknologi sederhana tepat guna yang pernah dikuasai leluhur para petani secara mandiri dan berdaulat tiba-tiba hilang dengan cara ajaib. Mereka lupa teknik membuat minyak goreng dan menanam apa yang mereka perlukan untuk membuat itu. Tapi mereka hapal sekali menghitung uang dan semakin kuat bertahan dengan berbagai kerugian dan penderitaan yang harus mereka tanggung, demi uang. Maka rasakanlah!

Atas semua balada minyak goreng ini, kita memberikan applaus dan ucapan selamat kepada para pemilik korporasi, distributor, pedagang, dan para politisi. Semoga rezeki mereka bertambah-tambah, sehingga semakin mampu mendirikan perusahaan-perusahaan baru, supaya makin banyak juga rakyat yang dapat dijadikan buruh sebagaimana yang mereka cita-citakan sejak di sekolah hingga perguruan tinggi. Dan supaya semakin banyak wajib pajak yang dapat ditarik dari para buruh itu demi memenuhi gaya hidup birokrasi dan politisi.
Kita menyaksikan sajalah sambil sesekali menghisap cerutu biar nggak kelihatan susah. (*)

Artikel ini dikonversi dari sebuah tulisan di laman facebook Tikwan Raya Siregar.

 

Baca juga:

  • HET Dicabut, Jubir Muda PAN Sebut Pemerintah Telah “Dikalahkan” dan Masyarakat “Dipaksa” Beli Migor dengan Harga Tinggi
  • Aktivis 98: Kasus Kelangkaan Migor Bukti Negara Kalah dengan Pemilik Modal
Tags: Buruh Perkebunan SawitHarga Minyak Goreng NaikKelangkaan Minyak GorengKelapa SawitMigorTikwan Raya Siregar
Previous Post

Aktivis 98: Kasus Kelangkaan Migor Bukti Negara Kalah dengan Pemilik Modal

Next Post

Wahai Pemuda, Segeralah Menikah

Related Posts

Siap-siap, 2 Minggu Lagi Beli Migor Curah Wajib Pakai NIK dan Aplikasi PeduliLindungi

Siap-siap, 2 Minggu Lagi Beli Migor Curah Wajib Pakai NIK dan Aplikasi PeduliLindungi

24 Juni 2022
189
Pekerja Diancam Bunuh dengan Parang, Pengurus Koperasi Agro Sumber Sejahtera Minta Perlindungan Hukum

Pekerja Diancam Bunuh dengan Parang, Pengurus Koperasi Agro Sumber Sejahtera Minta Perlindungan Hukum

30 Mei 2022
186
Dr Ichwan dan Orang Batak

Dr Ichwan dan Orang Batak

4 Mei 2022
828
Rumah

Rumah

25 April 2022
216

Azmi Syahputra: Aktor Intelektual Mafia Migor Harus Diungkap

22 April 2022
174

Mengaku Bingung Lihat Ibu-ibu Bisa Belanja Baju Lebaran Tapi Masih Antre Migor, Megawati Habis Dicibir Warganet

21 April 2022
423
Next Post
Wahai Pemuda, Segeralah Menikah

Wahai Pemuda, Segeralah Menikah

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TERDEPAN

  • Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    50 shares
    Share 20 Tweet 13
  • Said Didu Ingin Belajar kepada Risma Bagaimana Cara Melapor ke Polisi Biar Cepat Ditindaklanjuti

    42 shares
    Share 17 Tweet 11
  • Din Syamsuddin: Kita Sedang Berhadapan dengan Kemungkaran yang Terorganisir

    39 shares
    Share 16 Tweet 10
  • Putuskan Sendiri Pembatalan Haji 2020, DPR Sebut Menag Tidak Tahu Undang-undang

    36 shares
    Share 14 Tweet 9
  • Kisah Dokter Ali Mohamed Zaki, Dipecat Usai Temukan Virus Corona

    36 shares
    Share 14 Tweet 9

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Anjungan

  • Profil
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kirim Tulisan
  • Pasang Iklan

Follow Us

No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
      • LabMu
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
      • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • Catatan Hukum
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In