Oleh: Suriadi Ardiansyah MPd, Wakil Direktur Klinik Utama Alumni Agung dan Dosen STIkes Hamzar Lombok Timur
Pandemi Covid-19 masih menghantui publik, khusunya masyarakat Indonesia. Sejak tanggal 2 Maret 2020 kasus pertama yang diumumkan oleh pemerintah melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dengan lonjakan pasien yang positif terus terjadi dan kiat meningkat. Sehingga berdampak pada kegiatan proses pembelajaran dalam budaya pendidikan literasi bagi pelajar dan mahasiswa.
Sistem pendidikan budaya literasi dunia merupakan pionir sejati dalam membangun peradaban bangsa. Perkembangan zaman yang semakin dinamis dan kompleksitas, dapat mendorong dunia pendidikan untuk melakukan pembaharuan dan berinovasi. Dengan berbagai langkah strategis atau “role model” dalam media pembelajaran yang inovatif dan kreatif.
Untuk menghadapi tantangan pendidikan global pada abad ke-21. Berbagai Negara dibelahan dunia telah melukakan gerakan budaya literasi pendidikan (educational of culture literacy) bagi pelajar dan mahasiswa. Dalam mengembangkan budaya pendidikan literasi sains berorientasi pada pendidikan manusia berakarakter untuk pencapaian target pendidikan dunia berkemajuan dan berkeadaban di era kekinian melalui literasi baru yaitu revolusi industry 4.0 dan society 5.0 meliputi literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia.
Gerakan budaya pendidikan literasi sains selama wabah pandemic covid-19 semakin digencarkan melalui pembelajaran yang berbasis teknologi e-learning oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Kemendikbud Nomor 109 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh atau pembelajaran daring di pendidikan Tinggi. (Kemendikbud RI, 2013).
Strategi dalam pengembangan pendidikan budaya literasi tersebut diilustrasikan juga dalam mekanisme Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti sebagai upayamembangkitkan semangat dan menumbuhkan budi pekerti anak atau bagi pengembangan pelajar dan mahasiswa dalam membudayakan pendidikan literasi baru.
Namun fakta empiris yang terjadi bahwa budaya pendidian literasi sains
tersebut mengalami kontradiktif dengan kenyataan yang didasarkan pada tahun 2018 survei internasional PISA (Programe for Iinternasional Student Assesment) yang dilaksanakan oleh OECD (Organisasion for Economic Co-operation andDevelopment). Hasil survei tersebut menunjukkan budaya pendidikan literasi sains baik pelajar maupun mahasiswa di Indonesia berada pada level rendah. Dengan pencapain skor rata-rata indeks prestasi membaca secara sampling acak yang berada pada peringkat ke 48 dari 56 Negara peserta. Budaya pendidikan literasi sains yang di ukur oleh PISA tersebut dibagi kedalam empat aspek yaitu, countext, knowledge, compentencies and attitudes.
Berdasarkan hasil survei tersebut yang dilakukan oleh PISA menjelaskan bahwa budaya pendidikan literasi sains pelajar dan mahasiswa masih rendah di antaranya adalah khasanah pengetahuan dalam mengidentifikasi data
ilmiah, mengakses fakta-fakta ilmiah, memahami sistem kehidupan, kemampuan membaca, kemampuan menghitung, memahami penggunaan instrumen sains dan teknologi dengan tepat.(Dewi, dkk, 2018).
Dinamika dalam polemik seperti ini tidak sepatutnya dibiarkan berlarut
sampai pasca wabah pandemic covid-19 berakhir. Setiap warga negara di berbagai jenjang pendidikan perlu memiliki pengetahuan keilmuan yang lebih komprehensif dan semangat mengasah kemampuan dengan kebiasaan mengedukasi literasi sains baik lintas pelajar dan mahasiswa maupun masyaraka. Sebab persaingan pendidikan global semakin kompetitif. Pelajar dan mahasiswa sebagai aset masa depan dan tumpuan harapan bangsa dan Negara. Harus menjadi “agent of change” menjemput peluang untuk menjadi generasi emas yang mampu mengimplementasikan literasi baru dengan kreatif, inovatif dan berkarakter yang sesuai dengan perkembangan sains
maupun teknologi. Walaupun kondisi badai kehidupan yang selalu menerjang di tengah wabah pandemi Corona Virus Disease 2019 (covid-19), pelajar dan
mahasiswa harus berkomitmen membangun peradaban baru memaksimalkan seluruh potensi dan kemampuan yang dimiliki baik soft skill maupun hard skill-nya. Sehinggadengan mudah menghadapi dampak besar dari maraknya pasca penyebaran wabah pandemi covid-19 dengan tetap semangat berkarya untuk memajukan dunia pendidikan yang lebih produktif dan profesional melalui budaya pendidikan literasi baru. Tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan dalam hal ini seorang dosen dan guru harus memiliki kemampuan akademik yang lebih genius dan cerdas dari kemampuan rata-rata peserta didik. Agar tercipta kegiatan proses pembelajaran yang semakin menarik dan menyenangkan dan memberikan stimulus atau rangsangan yang
inspiratif dalam mengasah dan memotivasi peserta didik untuk lebih giat dan
bersemangat membudayakan kegiatan pendidikan literasi baru (new literacy) baik di lingkungan sekolah, campus, dan masyarakat.
Berdasarkan hasil survei PISA (programe for internasional Student Assesment) yang dilaksanakan oleh OECD (Organisasion for Economic Co-operation and Development) dalam jurnal penelitian (Dewi, dkk, 2018), penulis dapat menyimpulkan bahwa problematika budaya pendidikan literasi bagi pelajar dan mahasiswa yang merupakan lintas generasi penerus bangsa Indonesia. baik sebelum maupun pasca ganasnya penyebaran wabah pandemi covid-19 saat ini sangat terpukul dan menyedihkan dalam dunia pendidikan. Rendahnya kualitas dan kuantitas memahami budaya literasi baru di antaranya literasi data, literasi manusia dan literasi teknologi dikalangan pelajar dan mahasiswa, kurangnya memahami khasanah keilmuan dan pengetahuan dalam mengidentifikasi data ilmiah, mengakses fakta-fakta ilmiah, memahami sistem kehidupan, kemampuan membaca, kemampuan menghitung dan pengunaan sains dan teknologi yang tidak produktif. Sehingga dapat mempengaruhi indeks prestasi pembangunan sumber daya manusia (human resources) yang berkualitas.
Penulis menyarankan bahwa peran seluruh stakeholder sangat dilibatkan baik pemerintah sebagai sentral kebijakan (wisdom of central), elemen masyarkat maupun tenaga pendidik dosen dan guru yang merupakan gardan terdepan menjadi mediator dan fasilitator untuk mentransfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) dalam meningkatkan budaya pendidikan literasi pelajar dan mahasiswa Indonesia yang lebih kritis, mencerahkan dan berkemajuan. (*)
Baca juga:
- Ini Gerak Cepat MCCC NTB Cegah Penyebaran Covid-19
- Bawakan “Tari Sasambo”, Tim Tari PC IMM Lotim Siap Meriahkan Pembukaan Tanwir IMM Ke-XXVIII
- Ketua DPD IMM NTB Ajak Kader Pegang Teguh Tri Kompetensi Dasar IMM
- Kunjungi PD Muhammadiyah Lombok Timur, DPD IMM NTB Minta Dukung Tanwir IMM
- Pendidikan dan Perikemanusiaan
Tulisannya sangat bagus, apakah ada versi PDF-nya yang bisa diunduh?
Trima kasih sebelumnya