TAJDID.ID-Selong || Ketua Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPD IMM) Nusa tenggara Barat (NTB) Miftahul Khair ajak kader pegang teguh Tri Kompetensi Dasar IMM.
Khair menyampaikan Kader IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) memimiliki tiga nilai dasar dalam dirinya yakni religiusitas, intelektualitas, dan humanitas.
“Inilah syarat yang diperlukan sebagai kader pembawa masyarakat berkemajuan,” jelasnya saat menyampaikan materi di forum Darul Arqam Dasar (DAD) Pimpinan Komisariat IMM Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi(STIA) Muhammadiyah Selong, Ahad (26/1/2019)

Kahair menjelaskan, Salah satu dasar IMM mengandung nilai religiusitas, nilai ini harus terinternalisasi pada diri kader sehingga mampu menjalankan tugasnya sebagai khalifah.
Menurutnya, religiusitas bagian substansial dalam arah gerak IMM karena didalam tubuh IMM terdapat gerakan amar ma’ruf nahi munkar yang didalamnya terdapat konsekuensi logis atas apa yang mendasari IMM bergerak sehingga batasan-batasan dalam pergerakan IMM dapat dengan mudah dilihat dalam aturan main di dalam beragama.
“Saat itulah sejatinya arah gerak IMM dapat dilihat baik secara esensi maupun secara eksistensi.” kata Khair.
Kedua, nilai intelektualitas. Dikatakan Khair, nilai ini dapat ditafsirkan sebagai kesadaran kader untuk terus meningkatkan kualitas keilmuan. Hal ini tidak dapat dipahami sebatas akademisi atau menguasai suatu keahliah ilmu tertentu. Namun lebih dari itu, kompetensi intelektualitas itu akan berujung kepada Cendekiawan Berperibadi seperti tertera dalam Mars IMM.
Lebih lanjut dijelaskannya, bahwa cendekiawan beperibadi ini memiliki nilai susila atau menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan; cakap atau mampu memberikan penjelasan secara gamblang; taqwa kepada Allah SWT.
“Jika dikembalikan dalam konteks konteks di atas maka intelektualitas dapat digambarkan sebagai batang yang kokoh, dahan yang bercabang sempurna kesamping bukan ke atas, dan daun yang rimbun. Hal ini tentu dapat memberikan keteduhan bagi manusia Alam semesta ini,” sebutnya.
Ketiga, nilai humanitas. Nilai ini dipahami sebagai kepekaan hubungan sosial atau kemanfaatan antara manusia.
Hal ini sesuai dengan wasiat Rasulullah Muhammad SAW dalam haditsnya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia (Hadits Riwayat Ahmad, at-Thabrani dan ad-Daruqutni)
“Kualitas keilmuan yang sempurna dari seseorang adalah nilai dari keilmuan itu atau kemanfaatannya kepada manusia. Dalam konteks di awal, dapat dipahami bahwa nilai humanitas IMM sebagai buah yang manis, segar, dan menyehatkan,” tutup Khair. (*)
Liputan: Yandis F Nababan