Besoknya aku bangun dalam keadaan mata sedikit bengkak. Hari ini aku ada kuliah, dan jadwalku presentasi. Aku bersiap-siap dan seperti biasa Rangga menjemputku. Di perjalanan kampus aku hanya diam, tidak seperti biasanya.
“Kamu kenapa Div? Matamu bengkak, habis nangis?” Tanya Rangga.
“Enggak, aku nggak papa, lagi sakit mata.” Aku mencoba menutupinya.
“Jangan bohong, kamu beda loh hari ini. Tidak seperti biasanya, ceria.”
“Aku beneran nggak papa, lagi nggak enak badan aja.”
“Yaudah iya, habis selesai kuliah kamu langsung pulang istirahat ya.”
“Iya iya.”
Tibalah di kampus tepat saat dosen hendak masuk kelas. Aku dan Rangga buru-buru masuk ke dalam kelas. Perkuliahan pun dimulai. Setelah dosen selesai mengabsen mahasiswa, tibalah saatnya aku presentasi. Meskipun sebenarnya pikiranku sudah kemana-kemana aku berusaha menfokuskan diri agar presentasiku tidak gagal. Berat rasanya berusaha bersikap tetap profesional dikala keadaan tidak baik-baik saja.
Dengan susah payah memfokuskan diri, akhirnya aku selesai presentasi. Perkuliahan pun dilanjutkan dengan beberapa tambahan materi dari dosen dan setelah itu perkuliahan diakhiri. Sedikit lega rasanya, namun pikiranku masih memikirkan bagaimana keadaan ayah sekarang ini. Rangga mengajaku pulang.
“Makasih ya Rang.” Ucapku.
“Sama-sama, masuk terus langsung minum air anget yang banyak, habis itu istirahat.”
“Iyaa Rang.”
“Aku pulang dulu, kalau ada apa-apa jangan sungkan cerita sama aku.”
“Iya Rang, hati-hati di jalan.”
Rangga langsung pulang. Beberapa saat kemudian Rangga sudah tidak lagi nampak. Aku segera memesan ojek online. Tadi malam tetanggaku bilang, ayahku dilarikan ke rumah sakit yang masih satu kota dengan tempatku berkuliah. Dan untungnya tetanggaku itu memberitahuku nama rumah sakit itu. Aku pun berniat kesana.