TAJDID.ID-Medan || Seperti diketahui bahwa pada saat amat dini pasangan Akhyar-Salman mengaku kalah terhadap rivalnya dan sekaligus mengatakan bahwa pada Pilkada Kota Medan ada faktor invisible hand.
Pemerhati sosial politik FISIP UMSU, Shohibul Anshor Siregar menilai faktor invisible hand itulah hal yang dominan di balik sejumlah hal yang cukup menarik perhatian dan di luar kebiasaan pada Pilkada Kota Medan 2020.
“Termasuk kesan ‘ketidak-seriusan’ mereka dalam menindaklanjuti gugatan yang diajukan ke Mahkamah Konstitusi,” ujar Shohib kepada TAJDID.ID, Senin (1/2/2021).
Saat menyatakan kalah pada waktu amat dini itu, Shohib menduga mereka (kubu Akhyar-Salman) bermaksud “membius” rivalnya (kubu Bobby-Aulia) agar merasa menang sebelum waktunya dan tidak begitu cermat lagi dalam mengkahiri rivalitas yang sebetulnya masih terus berlangsung.
Baca Juga:
- Kubu Akhyar Tak Hadir Sidang, MK Gugurkan Sengketa Pilkada Medan 2020
- MK Gugurkan Sengketa Pilkada Medan 2020, Ini Tanggapan Kubu KPU
- KPU Medan Tetap Serahkan Alat Bukti ke MK
Namun, kata Shohib, sebagaimana ketangguhan kader PKS dalam setiap rivalitas politik dan frame of thinking Akhyar yang didapatkannya selama menjadi kader PDI-P, pernyataan kalah itu sebetulnya diikuti oleh intensitas menyusun rencana perlawanan konstoitusional base on data.
Terbukti dalam gugatan mereka disebutkan selisih perolehan suara berdasarkan penetapan KPU hanya disebabkan penambahan 53.000 suara bagi pasangan calon nomor urut 2 di 1.060 tempat pemungutan suara (TPS) yang tersebar di 15 kecamatan.
“Saya yakin mereka tidak sedang main-main dengan gugatan itu,” kata Shohib.
Tetapi Shohib tidak tahu bagaimana nanti proses persidangan di MK jika pasangan ini absen dan hingga pada waktu tertentu tidak beroleh keputusan yang mendukung atas proses gugatan seputar kabar tentang somasi yang dilayangkan oleh penasehat hukum yang ditunjuk kepada pasangan ini.
“Di dalam kajian sosiologi ada yang disebut senjata kaum lemah (weapon of the weak) yang lazimnya tidak muncul dalam bentuk-bentuk yang lazim,” sebut Shohib.
Shohib menduga bahwa sesungguhnya pasangan ini benar-benar yakin telah memenangkan Pilkada Kota Medan 2020 dan juga merasa amat yakin dapat memenangkan gugatan di MK.
“Hanya saja cara yang mereka tempuh tidak lazim, harus terkesan seperti menerima hasil dan sama sekali tak boleh seakan melawan,” ungkap Shohib. (*)