Oleh: Mohammad Norman
Kenangan kepadanya berhembus seperti semilir angin.Menyejukkan didalam beribu jiwa.Ia beramal dengan tulus,dan kita yang bersama dengannya dapat merasakan ketulusan itu.Suaranya lunak bahkan cenderung terbata.Mengisyarat kan kerendahan hati dan kezuhudannya.
Ketika beberapa tahun lalu menyapanya untuk hadir dalam acara FOKAL IMM Sumut.
Ia tak kuasa menahan kesedihan tak bisa hadir oleh karena kesehatan dan fisiknya yang makin merapuh.
Mendapat berita kepergiannya menghadap Sang Khalik dari add Edy Saputra.Aku termangu mengenangnya.
Aku merenungkan kefanaan.“Hidup tak lain dari kematian demi kematian.Kebaik an dan kesenangan hanya pinjaman dan lekas berlalu” Kata penyair Abdul Al Rahman Shukri dari Egypt.
Bang Jagin demikian kami menyapanya,
begitu tabah dalam kesederhanaan dan sakit yang dideritanya.Ia tak ingin dikasihani dan orang lain ikut dalam kesulitannya.
Bang Jagin yang mengajarkan moralitas dan kesederhanaan,seperti bunga mawar
Penyair Libanon,Lebaki mengatakan mawar bunga abadi.Wanginya tetap mengelana bersama angin.Semerbak mawar tak pernah sirna.
Bagi generasi setelahnya bang Jagin tak akan pernah sirna dari ingatan.
Allahummarfirlahu warhamhu wa’afihi wa’ fuanhu.
Ya Rabb ampuni khilaf dan salahnya, terimalah amal dan kebajikannya, tempat kan pada tempat yang sebaik baiknya. Aamiin ya Rabb. Selamat Jalan Seniorku. (*)
Tulisan ini diambil dari akun FB Mohammad Norman