TAJDID.ID-Medan || Pakar sosiologi politik FISIP UMSU, Shohibul Anshor Siregar mengatakan bahwa sesungguhnya tidak ada yang salah dengan politik identitas. Justru, mereka yang suka berteriak anti politik identitas itu sedang berusaha memberangus identitas lawannya agar identitasnya yang berjaya.
“Itu jelas sebuah cara penyesatan. Bukankah politik itu didasarkan pada identitas? Misalnya, Jerman sangat Kristiani dan itu wajar saja,” ujarnya, Selasa (3/7/2019).
Bahkan, kata Shohibul, presiden AS Donald Trump punya slogan “we can make America Great Again”. Tetapi sekaligus ia berkata “we can make America Christian Again”.
Begitu juga, atas nama demokrasi sejumlah ilmuan di Prancis pernah merekomendasikan otonomi wilayah syariah bagi muslim di sana. “Itu karena mereka faham demokrasi itu adalah nilai, bukan sempoa,” kata Koordinator Umum n’BASIS (Pengembangan Basis Sosial Inisiatif & Swadaya) ini.
Selain itu, lanjut Shohibul, perlu diketahui, bahwa menjelang kemerdekaan partai yang mula-mula muncul adalah partai orang China dan non muslim.
“Dan tentu kita masih ingat, dulu sewaktu PDS dan PDKB masih ada, teriakan tentang politik Identitas itu nyaris tidak ada,” sebutnya.
Lebih lanjut Ketua Lembaga Hikmah dan Kajian Publik PW Muhammadiyah Sumut ini mengatakan, bagi mereka yang gemar meneriakkan anti politik identitas, untuk Sumatera Utara mungkin salahsatu contoh daerah paling ideal itu adalah kota Medan yang mayoritas warganya muslim, tapi ketua DPRD nya non-muslim.
Tapi lucunya, sambung Shohibul, pandangan mereka itu seolah-olah cuma berlaku untuk daerah-daerah yang mayoritas penduduknya muslim, sedangkan di daerah lain yang muslim jadi minoritas mereka seakan-akan menutup mata.
“Coba cari nama pejabat mulai setingkat camat yang beragama Islam di Samosir, Tobasa, Humbahas dan Taput. Ada? Berapa orang anggota DPRD beragama Islam di semua daerah itu? Ada?,” tanyanya.
Satu lagi, kata Shohibul, setiap pemilu di Amerika selalu riuh dengan teriakan “my vote is my faith” pilihanku sesuai agamaku. “Anehnya, gak ada yang ribut itu!” pungkasnya. (*)