Oleh: M. Risfan Sihaloho
Seorang kawan yang pada pileg 2024 lalu ikut berkompetisi jadi caleg, namun gagal, tiba-tiba sekarang aktif lagi jadi TS cakada.
Baru-baru ini kami sempat jumpa dan berdiskusi. Intinya ia mengajak aku gabung di gerombolannya.
Lalu aku bertanya: “Coba kau jelaskan dulu apa alasannya aku pantas gabung dengan kalian?”.
“Alasannya realitik bro, karna paslon yang kita dukung ini paling superior dan paling besar peluang untuk menang,” ujarnya dengan penuh semangat.
“Bukan cuma itu, paslon kita ini juga diusung koalisi partai-partai besar. Dan lebih dari itu, paslon yang kita dukung ini punya ‘zat’ yang melimpah. Banyak yang bisa kita olah, bro!” Imbuhnya.
Sejenak aku terdiam, lantas aku berkata: “Bro, kalo itu nya pula alasannya, berarti keliru besar dan naif kalilah aku dukung kau habis-habisan pada pileg yang lalu,”
“Waktu itu, sebetulnya aku sangat sadar kau pun cuma jadi caleg underdog alias pelengkap penderita, dikarenakan ‘amunisi’ yg kau punya minim. Aku tau waktu itu kau sulit tuk bersaing dan nyaris tak punya harapan untuk menang. Tapi aku tak pernah ungkapkan itu, aku tetap dukung kau bro ! Karena selain kawan, kau memang juga punya kompetensi yang layak untuk diperjuangkan. Soal hasil itu hal lain, tak pernah aku pedulikan itu,” jelasku.
“Ooo….gitu ya….” ucapnya. (*)