• Setup menu at Appearance » Menus and assign menu to Top Bar Navigation
Jumat, Juli 4, 2025
TAJDID.ID
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
        • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
        • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
tajdid.id
No Result
View All Result

Imperialisme 4.0 Semiotik dan Terancamnya Eksistensi Manusia

Oleh Ridho Suwarno S.Sos

M. Risfan Sihaloho by M. Risfan Sihaloho
2019/07/30
in Opini
0
Imperialisme 4.0 Semiotik dan Terancamnya Eksistensi Manusia

Ilustrasi Revolusi 4.0

Bagikan di FacebookBagikan di TwitterBagikan di Whatsapp

Realitas Umat Islam pasca runtuhnya Turki Usmani berdampak universal terhadap kemunduran Islam di seluruh belahan dunia secara bertahap. Padahal Islam pernah menguasai 2/3 dunia hampir selama 13 abad, tapi melihat kondisi sekarang semua berubah hampir 360 derajat. Situasi tersebut tentu tidak menguntungkan dan menyudutkan Islam setelah mampu di kuasai oleh hegemoni barat. Imperialisme, adalah salah satu sistem yang digunakan barat untuk dapat menguasai negara dengan berbagai caranya.

Makna hakiki imperialisme adalah eksploitasi aset berharga milik pihak yang dikuasai baik secara politik, ekonomi, maupun budaya. Lenin menyebut: “Imperalisme was the highest from of capitalism” (Imperialisme adalah bentuk kapitalisme tertinggi). Imperialisme adalah kata yang jarang sekali di dengungkan di hadapan publik karena dianggap tidak relevansi dan cenderung berkonotasi buruk untuk disampaikan dihadapan publik padahal pemaknaan nya tetap sama. Presiden RI pertama Soekarno sendiri saat berpidato di hadapan PBB menyampaikan membenci dan menolak keras setiap upaya imperialisme dan kolonialisme.

Perkembangan yang hari ini sedang kita hadapi adalah bentuk dari “penjajahan” yang di kemas modern yang sejati nya adalah upaya imperialisme. Belakangan ini kita dihadapkan dengan istilah Revolusi Industri 4.0, apa sebenarnya Revolusi industri 4.0 itu. Revolusi industri generasi keempat ini ditandai dengan kemunculan superkomputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, editing genetik dan perkembangan neuroteknologi yang memungkinkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi otak. Hal inilah yang disampaikan oleh Klaus Schwab, Founder dan Executive Chairman of the World Economic Forum dalam bukunya The Fourth Industrial Revolution.

Melihat konteks kekinian, terutama era digital, saya mencoba memperluas makna imperialisme, tak hanya menyangkut negara menguasai negara; tapi juga korporasi menguasai korporasi; atau korporasi menguasai individu. Esensinya tetap sama yaitu hegemoni, superioritas, dominasi, dan pemaksaan pengaruh satu pihak ke pihak lain.


Mengacu pada pengertian baru ini saya membagi imperialisme modern ke dalam tiga gelombang besar.Imperialisme 1.0 adalah penguasaan oleh negara-negara penjajah (imperialnations) terhadap tanah-tanah baru di Asia, Afrika, hingga Amerika Latin.

Imperialisme 2.0 adalah penguasaan oleh korporasi-korporasi digital raksasa terhadap internet yang kemudian diikuti pencaplokkan terhadap perusahaan lain di seluruh dunia.

Imperialisme 3.0 adalah penguasaan oleh negara, korporasi (seperti Cambridge Analytica dan Facebook), atau individu terhadap seluruh umat manusia melalui penguasaan data privat yang sangat besar yang kini kita kenal dengan big data.

Sebuah ironi yang seharusnya tidak terjadi, bahwa era revolusi industri 4.0 muncul di tengah permasalahan ketenagakerjaan seperti banyaknya pengangguran dan tingkat kesejahteraan manusia yang jauh dari standar layak. Betapa tenaga kerja manusia akan dihargai murah bahkan tidak dibutuhkan lagi dan mengancam eksistensi manusia.

Fenomena di atas merupakan kemajuan teknologi yang tidak bisa di bendung, namun dalam konteks ini kita harus mampu menganilisis sejauh mana perkembangan tersebut bermanfaat dan mudharat nya bagi umat manusia. Sebagai kaum intelektual dibutuhkan nalar kritis melihat fenomena di atas. Imperialisme yang dilakukan barat terhadap negara-negara di dunia sejati nya terus menerus dilakukan dengan menanamkan dan mereduksi pengaruh lewat teknologi yg sedang dibangunnya.

Warisan nilai-nilai Islam klasik sudah mulai tergerus dengan adanya percepatan teknologi dan memaksa kita untuk mengikuti percepatan tersebut. Penyematan status intelektual yang disematkan kepada kita harus mampu menganilisis problem ini dengan kajian wawasan epistemologis dan aksiologis. Pemikiran yang fundamental harus dilakukan dalam menjawab kecemasan ini. Ada beberapa penawaran langkah yang bisa dilakukan:

Pertama, langkah dekonstruksi. Langkah dekonstruksi ini dilakukan dengan menjelaskan aspek isinya, metodologi, dan juga penjelasan terhadap konteks sosio-historis yang melatar- belakangi kelahirannya, serta perkembangannya saat ini. Kemudian, memberikan penilaian atas kelebihan dan kekurangannya juga bagaimana fungsinya di masa sekarang.

Kedua, langkah rekonstruksi. Langkah ini dilakukan dengan cara mentransfer teori-teori lama yang masih dapat dipertahankan seperti rasionalisme ke dalam perspektif baru yang didasarkan pada perkembangan realitas kontemporer. Teori-teori tersebut selanjutnya dibangun menjadi sebuah ilmu yang berorientasi kepada kema- nusiaan.

Ketiga, langkah pengintegrasian. Langkah–langkah pengintegrasian ilmu-ilmu atau pemikiran klasik dan merubahnya menjadi ilmu kemanusiaan baru.

Semoga ini bisa menjadi kajian lebih mendalam sebagai bentuk eksistensi dan rasa syukur atas anugerah Allah terhadap nalar kritis kita yang terus berkembang. (*)


 

 

Penulis adalah Aktivis IMM Sumatera Utara

Tags: opinirevolusi 4.0
Previous Post

Magnetisme Kekuasaan

Next Post

Tapak Suci Makin Digemari di Mesir

Related Posts

Kelindan Syahwat Politik dan Nafsu Bisnis

Kelindan Syahwat Politik dan Nafsu Bisnis

20 Juli 2022
535
Revitalisasi Peran Profetik Kaum Intelektual

Revitalisasi Peran Profetik Kaum Intelektual

1 September 2020
867
Pemimpin: Antara Harapan dan Kekecewaan

Pemimpin: Antara Harapan dan Kekecewaan

4 November 2019
102

Keberagamaan dalam Pentas Politik

18 September 2019
274
Muhammadiyah Antipoda Demokrasi Indonesia?

Muhammadiyah Antipoda Demokrasi Indonesia?

10 September 2019
219
Suara Rakyat Suara Tuhan?

Suara Rakyat Suara Tuhan?

29 Juli 2019
359
Next Post
Tapak Suci Makin Digemari di Mesir

Tapak Suci Makin Digemari di Mesir

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TERDEPAN

  • Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    50 shares
    Share 20 Tweet 13
  • Said Didu Ingin Belajar kepada Risma Bagaimana Cara Melapor ke Polisi Biar Cepat Ditindaklanjuti

    42 shares
    Share 17 Tweet 11
  • Din Syamsuddin: Kita Sedang Berhadapan dengan Kemungkaran yang Terorganisir

    39 shares
    Share 16 Tweet 10
  • Putuskan Sendiri Pembatalan Haji 2020, DPR Sebut Menag Tidak Tahu Undang-undang

    36 shares
    Share 14 Tweet 9
  • Kisah Dokter Ali Mohamed Zaki, Dipecat Usai Temukan Virus Corona

    36 shares
    Share 14 Tweet 9

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Anjungan

  • Profil
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kirim Tulisan
  • Pasang Iklan

Follow Us

No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In