Oleh : Shohibul Anshor Siregar
Tulisan ini bermaksud menguraikan serba ringkas tentang ketokohan seorang pemimpin Muhammadiyah Sumatera Utara Nashiruddin Daud Pane yang biasa disingkat ND Pane. Beberapa hal penting dalam catatan tentang tokoh ini patut menjadi perhatian, di antaranya sikap terhadap politik dan pengembangan amal usaha Muhammadiyah. Pada bagian akhir tulisan ini dicoba memperkenalkan tipologi kepemimpinan dalam Muhammadiyah.
Tahun 2005 yang lalu Fokal (Forum Komunikasi Alumni) IMM Sumatera Utara menyelenggarakan sebuah Round Table Discussion (RTD) yang secara khusus membahas permasalahan dan tantangan Muhammadiyah. RTD itu berlangsung 2 tahap. Fokus RTD pertama ialah permasalahan Muhammadiyah, dilangsungkan atas kerjasama dengan Pasca Sarjana IAIN Sumatera Utara (waktu itu dipimpin Prof.Dr.Hasyimsyah Nasution). Sedangkan RTD tahap kedua fokus pada tantangan Muhammadiyah, dilangsungkan di Fakultas Ilmu Pendidikan Unimed (yang dipimpin oleh Prof.Dr.Ibrahim Gultom).
Salah satu soal yang banyak disorot waktu itu ialah ketauladanan para ashabiqunalawalun. Tetapi siapakah ashabiqunalawalun itu, dan di mana mereka bisa ditemui? Memang ada satu fakta bahwa kalangan Muhammadiyah, terutama generasi mudanya sekarang, tidak banyak tahu tentang para ashabiqunalawaalun itu. Bukankah kita perlu tahu sejarah dan ketauladanannya masing-masing? Kira-kira begitu hasratnya. Bukan untuk dikultuskan (sanjung), karena itu memang tidak baik dan tidak perlu.
Baca Juga: Mengenal HR Mohammad Said, Pendiri Muhammadiyah Sumatera Utara
Setahu saya memang ada sejumlah mahasiswa yang pernah menulis (untuk skripsi) tentang HM Bustami Ibrahim dan H.TA Lathief Rousydiy, tetapi belum saya temukan tentang tokoh-tokoh yang lebih awal seperti Djuin St Pengulu, Dt.Bandaharo, dan lain-lain. Dulu orang tua kita Kalimin Sunar dan almarhum Muhammad Nuh Harahap (keduanya alumni Mu’allimin Yogyakarta), begitu pun Moenir Na’amin, sering menyebut nama-nama itu bersama nama-nama yang lain ketika mereka bercerita tentang sejarah Muhammadiyah di Sumatera Utara.
Kalau bukan karena pernah bertemu langsung atau jika bukan karena memiliki kaitan kesilsilahan, orang-orang Muhammadiyah sekarang pun sudah jarang yang tahu bahkan tentang tokoh-tokoh dari generasi yang lebih tua atau lebih muda seperti Mansyur Luthan, Hamzah Meuraxa, Ruhum Harahap, OK Kamil Hisyam, Kamarisyah Thahar, Saldin Saleh, Abdul Mu’thi, Nashiruddin Daud Pane (ND Pane), Malik Syafei dan lain-lain.