• Setup menu at Appearance » Menus and assign menu to Top Bar Navigation
Jumat, Juli 4, 2025
TAJDID.ID
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
        • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
        • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
tajdid.id
No Result
View All Result

Surplus Politisi, Defisit Negarawan

M. Risfan Sihaloho by M. Risfan Sihaloho
2022/09/26
in Nasional, Opini, Tilikan
0
Bagikan di FacebookBagikan di TwitterBagikan di Whatsapp

Negarawan Musiman

Harus diakui, kebanyakan negarawan yang ada saat ini  hanyalah negarawan “musiman”, yang secara ajaib muncul begitu saja menjelang pemilu. Negarawan hanya dijadikan sebagai simbol dan stastus saja. Rakyat tidak mengetahui seberapa besar pengabdian yang telah dilakukan oleh orang tersebut kepada negara. Slogan-slogan yang dikumandangkan di masa kampanye hanya menjadi janji manis karena setelah pemilu berakhir dan kekuasaan didapatkan maka janji tersebut dianggap lunas tanpa perlu dibayar.

Sosok negarawan yang digambarkan mendadak lenyap setelah kursi kekuasaan didapatkan. Kepemimpinan negarawan musiman hanya akan membuat kelangsungan nasib suatu negara menjadi terancam. Para politisi yang menjadi negarawan musiman akan melepaskan tanggungjawabnya begitu saja setelah kekuasaan didapatkan. Dia akan bertindak ketika tindakan yang dia lakukan memberikan keuntungan bagi diri atau kelompoknya.

Sekarang ini, kesatuan bangsa hanya menjadi sketsa mati di atas teks-teks pidato, dari podium ke podium. Berperilaku egois  yang lebih mementingkan diri dan kelompok partainya ketimbang keutuhan NKRI, dan seluruh kekayaan yang ada di dalamnya, termasuk rakyat kecil.

Selain itu, kita sering kali melihat wajah buruk elit politik saling serang, bertikai memperebutkan kekuasaan. Konflik yang terjadi hanyalah alat sandera untuk melanggengkan kepentingan.

Tak ayal lagi, gaya kepemimpinan yang lahir hanya mampu mempertontonkan kesenangan, kemewahan dan menghambur-hamburkan uang, serta menafikan masalah sesungguhnya yang dihadapi masyarakat. Implikasinya, adalah galib jika kemudian masyarakat merasa kehilangan harapan terhadap pemimpinnya. Dan wajar apabila masyarakat lebih senang bertindak dengan caranya sendiri dalam menyelesaikan masalah.

Pada hal dulu NKRI dibangun di atas semangat kenegarawanan para pendiri bangsa, bukan individulisme dan antagonisme seperti yang terjadi sekarang ini. Jika para pendiri bangsa tidak punya sikap negarawan, maka pasti kita tidak akan bisa merdeka dari penjejahan bangsa lain. Dulu, perdebatan parlemen energinya untuk membangun bangsa sehingga perdebatannya sangat idiologis. Tapi sekarang, sudah tidak lagi seperti itu.

Dalam ilmu politik, konsep negarawan mencakup beberapa kriteria khusus antara lain memiliki pengalaman panjang di dunia politik, punya kemampuan di dunia pemerintahan dan punya respect, visioner dan seseorang yang tidak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri atau kelompoknya.

Saat ini, seseorang gampang untuk menjadi pemimpin, walaupun ditempuh dengan berbagai macam cara, termasuk dengan melakukan pembenaran terhadap aturan, sampai membeli suara (money politic), dan lain sebagainya. Namun belum tentu mereka berhasil di dalam menjalankan kepemimpinannya. Lihat kondisi saat ini, tidak sedikit kepala daerah menjadi tersangka atau tersangkut masalah hukum, karena besarnya modal politik untuk mencapai tujuan menjadi seorang pemimpin.

Seharusnya, seseorang benar-benar sudah terlepas dari pengaruh ‘warna’ partainya ketika menjabat di eksekutif maupun di parlemen, sehingga benar-benar mampu mengedepankan kepentingan rakyat. Itulah yang disebut sebagai negarawan sejati. Mereka tidak memikirkan golongan, tetapi memikirkan rakyat serta mampu berpikir visioner. (*)

 

Page 3 of 3
Prev123
Tags: Krisis Negarawannegawaranpolitisi
Previous Post

Prof Abdul Mu'ti Sebut "Tim Bayangan" Nadiem Inefisensi dan Berpotensi Kolusi

Next Post

Permainan Keadilan

Related Posts

9/11: Politisi dan Media Mengubah Terorisme Jadi Isu Islam

9/11: Politisi dan Media Mengubah Terorisme Jadi Isu Islam

12 September 2021
171
Posisi Ganda Antara Ilmuan dan Cendikia Politisi

Posisi Ganda Antara Ilmuan dan Cendikia Politisi

9 November 2020
312

Politisi di Indonesia Kebanyakan Berpikiran Teknokratis

2 September 2019
280
Next Post
Permainan Keadilan

Permainan Keadilan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TERDEPAN

  • Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    50 shares
    Share 20 Tweet 13
  • Said Didu Ingin Belajar kepada Risma Bagaimana Cara Melapor ke Polisi Biar Cepat Ditindaklanjuti

    42 shares
    Share 17 Tweet 11
  • Din Syamsuddin: Kita Sedang Berhadapan dengan Kemungkaran yang Terorganisir

    39 shares
    Share 16 Tweet 10
  • Putuskan Sendiri Pembatalan Haji 2020, DPR Sebut Menag Tidak Tahu Undang-undang

    36 shares
    Share 14 Tweet 9
  • Kisah Dokter Ali Mohamed Zaki, Dipecat Usai Temukan Virus Corona

    36 shares
    Share 14 Tweet 9

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Anjungan

  • Profil
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kirim Tulisan
  • Pasang Iklan

Follow Us

No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In