Peran Politik Kebangsaan Muhammadiyah
Sambutan selanjutnya disampaikan oleh Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti MPd. Pada kesempatan tersebut Abdul Mu’ti menjelaskan secara gamblang dan panjang lebar tentang karakteristik politik kebangsaan Muhammadiyah.
Abdul Mu’ti menegaskan, pilihan politik Muhammadiyah adalah politik kebangsaan, bukan kepartaian. Politik dimaknai sebagai hal-hal yang berhubungan dengan tata kelola pemerintahan dan kenegaraan.
“Peran politik kebangsaan yang dimainkan Muhammadiyah adalah sebagai punggawa dan penjaga moral bangsa,” jelasnya.

Dalam konteks ini, Muhammadiyah dapat mengambil tiga peran. Pertama, opinion maker. Muhammadiyah dapat memberikan sumbangan pemikiran dan gagasan kenegaraan.
“Dengan kekuatan SDM dan kekayaan intelektualnya, Muhammadiyah aktif memberikan masukan kepada pemerintah, lembaga- lembaga negara, dan penyelenggara negara melalui opini media massa, kajian kebijakan, atau forumforum resmi,” sebutnya.
Kedua, political lobbist. Artinya, dengan posisinya yang netral, Muhammadiyah dapat melakukan komunikasi politik lintas partai dan menyampaikan aspirasi secara leluasa kepada semua kekuatan politik.
Ketiga, pressure group. Sejarah mencatat bagaimana Muhammadiyah melalui para tokoh dan kekuatan jaringannya tampil sebagai pressure group yang berpengaruh.
“Tekanan politik Muhammadiyah melalui Prof Amien Rais dengan gerakan reformasi memaksa Presiden Soeharto mengundurkan diri. Kemudian gerakan jihad konstitusi yang dimotori Prof Din pernah memaksa pemerintah menyusun undang-undang migas dan sumber daya air yang baru,” tuturnya.
Terakhir sambutan disampaikan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi sekaligus membuka secara resmi kegiatan ini.
Dalam sambutannya Edy Rahmayadi menuturkan, bahwa Muhammadiyah adalah salah satu ormas Islam terbesar di republik ini. Dikatakannya, Muhammadiyah sudah lahir didirikan KH Ahmad Dahlan sebelum republik ini merdeka.
“Itulah sebabnya wajar mengapa perang Muhammadiyah dalam konstelasi kehidupan berbangsa dan bernegara di negeri ini begitu vital dan strategis,” ujar Edy.
“Dan itu pulalah sebabnya saya merasa terhormat dan selalu hadir jika diundang menghadiri kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah,” imbuhnya. (*)