TAJDID.ID~Medan || Baru-baru ini LSI Denny JA merilis hasil survei terbarunya tentang prediksi suara warga ormas Islam Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah pada Pilpres 2024. Hasil survei LSI Denny JA menunjukkan suara warga NU diprediksi banyak memilih pasangan capres dan cawapres Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Sedangkan warga Muhammadiyah mendominasi memilih pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
“Pemilih Prabowo-Gibran dari masyarakat NU bisa mencapai 44.6 persen, Sementara warga Muhammadiyah yang memilih Ganjar-Mahfud Md, sebesar 52.6 persen,” ungkap Direktur Citra Publik LSI Denny JA, Hanggoro Doso Pamungkas dalam paparan hasil survei terbaru lembaganya, Selasa, 24 Oktober 2023.
Menanggapi hasil survei tersebut, Ketua Lembaga Hikmah Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara (PWM Sumut) Shohibul Anshor Siregar menengarai ada tendensi pemotretan yang tidak merepresentasikan aspirasi Indonesia.
“Kelihatannya hasil survei ini menunjukkan tendensi potretannya tidak merepresentasikan aspirasi Indonesia, melainkan potret di sekitar Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur,” ujar dosen FISI UMSU ini, Kamis (26/10/2023).
“Ini seolah benar karena adanya orang-orang Muhammadiyah tertentu yang dianggap berafiliasi dengan Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud tingkat pusat dan khususnya di dua daerah yang faktanya memang lebih diminati oleh media untuk terus diberitakan,” imbuh Shohibul.
Menurut Shohibul, arus utama pemikiran yang mengendalikan survei-survei model seperti ini jauh dari pertanggung jawaban akademik, karena motivasi politik yang begitu penting.
“Karena itu cukup menjadikannya sebagai bahan analisis. Kalaupun untuk NU potret ini mungkin dapat dipandang lebih mendekati kebenaran, tetapi itu bukan sesuatu yang bersifat statis,” kata Shohibul.
Shohibul mengungkapkan, salah satu faktor ancaman atas integritas pemilu di Indonesia ialah peran deviatif lembaga survei dan ketumpulan kritisisme media.
“Keduanya (lembaga survei dan media-red) adalah perangkat teknis yang terhubung dengan kepentingan oligarki,” pungkas Shohibul. (*)