Jurnalis Wanita/Perempuan
Jurnalis/wartawan adalah orang yang pekerjaannya mencari dan menyusun berita untuk dimuat dalam surat kabar, majalah, radio, dan televisi. Sedangkan wanita adalah sebutan yang digunakan untuk manusia yang berjenis kelamin atau berjenis kelamin perempuan. Jadi, jurnalis wanita adalah orang yang orang yang pekerjaannya mencari dan menyusun berita untuk dimuat dalam surat kabar, majalah, radio, dan televisi dengan jenis kelamin perempuan.
Secara harafiyah, kata jurnalistik berarti kewartawanan atau hal-hal yang terkait dengan pemberitaan. Kata jurnalistik (journalistic) berasal dari kata dasar “journal” yang artinya laporan atau catatan. Kata Journal sendiri berasal dari kata “du Jour” (bahasa yunani kuno), yang artinya “hari (day)” atau catatan harian. Dalam bahasa Perancis “jour” artinya “hari” atau catatan harian (diary). Curtis D.MacDouggall, dalam bukunya berjudul “Interpretative Reporting” menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan jurnalistik adalah kegiatan menghimpun berita, mencari fakta, dan melaporkan peristiwa. Jurnalis adalah profesi. Disebut sebagai profesi karena ia memiliki empat ciri yaitu:
- mempunyai kebebasan dalam melakukan pekerjaan,
- didasari atas panggilan hati dan keterikatan dengan pekerjaan,
- dibutuhkan keahlian, dan
- Bertanggungjawab dan terikat pada kode etik pekerjaan.
Pada dasarnya dunia pers, sejak dari lahir sampai sekarang telah menuntut kompetensi tertentu bagi jurnalis. Seorang jurnalis dituntut untuk menjadi profesional dalam menjalankan tugasnya. Namun sampai saat ini batasan makna profesionalitas itu masih belum jelas ukurannya.
Walaupun demikian, ada beberapa dasar moral yang menjadi atribut profesionalisme bagi jurnalis, diantaranya :
- Otonomi dimaksudkan kebebasan melaksanakan pertimbangan sendiri dan perkembangan suatu organisasi yang dapat mengatur diri sendiri.
- Komitmen yaitu menitikberatkan pada pelayanan bukan pada keuntungan ekonomi pribadi.
- Keahlian yaitu menjalankan suatu jasa yang unik dan esensial. Tidak berat pada teknik intelektual, periode panjang daripada latihan khusus supaya memperoleh pengetahuan yang sistematik berdasarkan penelitian.
- Tanggungjawab, yaitu kemampuan memenuhi kewajiban-kewajiban atau bertindak tanpa penuntunan dari atas, penciptaan seta penerapan suatu kode etik.
Atribut moral merupakan kewajiban dasar yang harus dimiliki jurnalis. Dengan semikian, ketika jiwa dasar jurnalis telah tertanam dengan baik, diharapkan masa depan pers Indonesia menjadi lebih maju.
Namun aspek moral saja tidak cukup, jurnalis juga harus memiliki kecakapan intelektual. Dengan semikian antara kedua unsur tersebut bisa saling melengkapi. James Reston, pemimpin kantor The New York Times (pada masa itu) di Washington, mengatakan bahwa tugas utama seorang jurnalis bukan pemilik perusahaan pers, atau kepada redaksinya, atau negaranya atau kepada mereka yang memberikan berita. Sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa seorang jurnalis harus netral tanpa mendapat pengaruh dari siapapun dalam menulis berita untuk khalayak. Seorang jurnalis juga harus memuat semua aspek setiap masalah dan tidak akan memuat apa yang tidak diketahuinya.
Lalu apakah hubungannya jurnalis dengan perempuan saat ini.
Penulis melihat kesetaraan gender masih kurang diaplikasikan dari seluruh aspek kehidupan terlebih di dalam pekerjaan. Padahal seorang Mahatma Gandhi mengatakan bahwa perempuan adalah umat manusia yang sama dengan kaum pria dan dipernuhi hasrat yang sama untuk meraih kebebasan.