MATAHARIKU PADAM
gugurlah wahai daun-daun
Tak ada yang marah padamu
Siapa yang berani melawan kehendak Tuhan kita
Meskipun kita terus menangis meratapi
Nyawa-nyawa adalah milik Tuhan esa
Gugurlah wahai-wahai daun-daun bila sampai usia
Aku berusaha rela melepas apapun bila masanya tiba
Merengkuh takdir yang tiba-tiba meniup nyala terang di dadaku
Kubiarkan pada hari itu seluruh bunga-bunga mati
Di samping rumah tempat di mana kenangan pernah terpatri
Tangan ibu mengolah menumbuhkan bunga-bunga di samping rumah kami
Sudah berwarna kecoklatan dan kering
Bahkan sudah ada beberapa yang menemui janjinya untuk pergi
Seperti matanya yang selalu berbinar bila menatap kehidupan pada mata anak-anaknya perlahan layu
Dia adalah pemilik matahari dalam dadaku
Tepat ketika sore itu mungkin daun-daun kembali gugur
Entahlah, aku tidak melihatnya
Sebab yang terakhir kali kulihat adalah perlahan matahari di dadaku meredup
Wajah ibu kian sayu
Tepat pada hari itu ibu menutup matanya yang selalu berbinar
Kini telah jauh meninggalkan kami
Ke pada jarak-jarak yang tak bisa kami tapaki saat ini
Riau, 2021