Oleh: Hasmi Bakhtiar
Teknik propaganda yang dipopulerkan Paul Joseph Goebbels di era Nazi, kebohongan yang terus menerus diberitakan akan dianggap sebagai sebuah kebenaran. Teknik ini juga dipakai hari ini. Islam terus menerus difitnah telah melahirkan teroris. Banyak yang percaya, bahkan muslim sendiri.
Dulu, Goebbels melancarkan propaganda hanya lewat radio dan pertunjukan. Sekarang, hampir semua sarana dan media sudah dipakai. Tidak ada lagi ruang yang tersisa yang tidak terjangkau. Wajar banyak yang percaya.
Padahal, menurut hasil penelitian yang berbasis di Perancis, pada periode 1979-2019, korban aksi terorisme 91,2% adalah umat Islam. 89,1% aksi terorisme dilakukan di negara mayoritas muslim.
Lucunya lagi, jika pelaku teror adalah muslim maka media akan terus memberitakan. Beda kalau pelakunnya non muslim atau ekstrem kanan, media akan cepat bosan dan mencari berita lain. Ini fakta yang dikritik banyak pihak di Amerika. Ini juga fakta di media kita.
Dosa 19 orang teroris yang membajak pesawat dan menghancurkan WTC harus ditanggung 1,6 milyar muslim hingga hari ini. Amerika yang menghancurkan satu negara dan seisinya tidak disebut teroris walau Bush ketika itu mengatakan sebagai “perang Salib”.
Atau ketika gereja Ortodoks di Rusia mengatakan pembunuhan sipil oleh tentara Rusia di Suriah sebagai “perang suci”. Tidak ada yang mengatakan Ortodoks melahirkan teroris seperti yang dituduhkan kepada Islam.
Atau ketika biksu di Myanmar ini mengajak masyarakat untuk membantai muslim dan korban sudah berjatuhan. Tidak ada yang mengatakan agama Buddha melahirkan para teroris dan ajarannya harus dikoreksi. Kenapa ketika ada muslim menjadi teroris agamanya yang harus dikoreksi?
Bahkan ketika Israel merampok tanah Palestine dengan alasan “tanah yang dijanjikan” menurut agama mereka lalu membunuh anak-anak di sana tidak ada yang mengatakan Yahudi melahirkan teroris. Tetap yang dimusuhi adalah Zionis. Kenapa sikap dunia berbeda ketika berhadapan dengan Islam?.
Baca Juga:
Kalau saya tulis semua ketidakadilan ini sampai subuh belum akan selesai. Ketidakadilan kepada Islam khususnya dari media sangat telanjang.
Itu sebabnya saya meyakini bahwa isu terorisme ini tidak ada sangkut pautnya dengan agama tertentu. Agama apapun tidak mengajarkan kekerasan. Ini semua agenda politik dan ekonomi. Salam damai Indonesia.
Brussels menjelang subuh.
Penulis adalah pengamat internasional. Alumni Al-Azhar Kairo, sekarang tengah menempuh studi di Lille Universiy Prancis. Artikel ini dikonversi dari sebuah utas di akun twitter @hasmibakhtiar .