
Bagaimana kesenjangan sosial dan ekonomi memberi pengaruh pada moderasi keberagamaan? Kata Prof.Dr.Didik J Rahbini, kalau ada kesenjangan (sosial-ekonomi) pasti ada kemiskinan. Kemiskinan itu pintu masuk kemungkaran, kemudharatan, dan kekafiran. Kecemburuan sosial pasti menstimulasi kebencian dan radikalisme yang merusak moderasi keberagamaan.
Baca Juga
Didik J Rachbini: Kesenjangan Sosial Ekonomi Penghambat Perjuangan Moderasi Keagamaan
Untuk melihat potret kesenjangan di Indonesia, Prof.Dr.Didik J Rahbini menyarankan agar data merujuk pda sumber yang paling akurat, yakni Badan Pusat Statistik (BPS), meski untuk kasus kesenjangan data BPS itu sama dengan timbagan emas untuk menimbang beras. Jadi data di BPS kesenjangan itu 0,37 atau 0,38 itu sebenarnya sudah tinggi.
Faktanya, kata Didik J Rahbini (2020), data yang paling akurat yang bisa dipakai untuk melihat kesenjangan adalah data kepemilikan asset. Data terpentingnya itu data kepemilikan dana perbankan.
Dari data yang ada dapat dilihat bahwa Indonesia adalah negara yang paling senjang dan menjadi lahan yang sangat subur untuk melakukan radikalisasi atau menghancurkan moderasi keberagamaan, tegas Prof.Dr. Didik J Rahbini.
***
Sejam setelah berpisah saya ditelefonnya dan mengajukan beberapa tambahan pertanyaan yang saya jawab demikian:
- Nelson Mandela adalah pemegang hadiah nobel perdamaian setelah dipenjara puluhan tahun dan selama penyiksaan yang panjang itu didiamkan begitu saja oleh semua lembaga dan negara pendukung penghargaan nobel perdamaian untuk dirinya. Pikirkanlah tingkat ketergangguan kewarasan berfikir dalam kasus itu.
- Perlulah membaca buku baru terbit dari Thomas Piketty (Capital et Idéologie, 2019) yang menjelaskan ideologi dan kesenjangan kekayaan. Seingat saya terjemahan yang ada baru untuk bahasa Inggeris dan sudah berulangkali Thomas Piketty diundang berceramah di berbagai perguruan tinggi di Amerika dan Eropa.
- Baca jugalah karya Saba Mahmood antara lain (Religious Difference in a Secular Age: A Minority Report, 2016), karya-karya postcolonialism Edward Said (The Question of Palestine,1979; Covering Islam: How the Media and the Experts Determine How We See the Rest of the World, 1981; Blaming the Victims: Spurious Scholarship and the Palestinian Question,1988; The Politics of Dispossession,1994; dan lain-lain. Juga karya-karya Gayatri Chakravorty terutama “Can the Subaltern Speak? (2010).
- Ada filem lama Indonesia (1970) yang jarang diperhatikan orang. Tontonlah filem bikinan sutradara Nawi Ismail ini. Saya berharap Anda akan beroleh nilai baru tentang keindonesiaan dari filem itu. Kalau tak salah filem Blood Diamond (2006) juga bisa merperkaya wawasan.
- Jika punya waktu pergilah sholat ke masjid yang berbeda untuk setiap waktu. Masjid Agung, Masjid Raya dan Masjid Kampus tidak dipriotitaskan.
- Jika punya waktu periksalah data kepemilikan lahan di Indonesia dan siapa yang menguasai industri dan perdagangan di Indonesia. (*)
Penulis adalah Dosen FISIP UMSU dan Ketua LHKP PW Muhammadiyah Sumut