Oleh: Aldi Novrian Pambudi
Beberapa waktu lalu Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani telah menargetkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2021 mencapai kenaikan sebesar 5%. Hal ini juga telah sesuai dengan target yang ada dalam Rancangan APBN 2021.
Harmonisasi Ekonomi, Politik dan Agama
Sebagai salah satu ormas Islam terbesar tentu saja Muhammadiyah memiliki peranan penting dalam rangka harmonisasi ekonomi, politik dan agama.
Agama merupakan sebuah kepercayaan yang dimiliki oleh seseorang dan berguna untuk mengatur keimanan serta proses ibadah yang dilakukannya kepada. Lebih dari itu agama juga mengatur bagaimana proses hidup antara manusia dengan lingkungannya. Sedangkan negara merupakan sebuah organisasi yang terdapat dalam wilayah yang memiliki berbagai aturan dan berlaku bagi seluruh rakyatnya.
Negara merupakan jembatan antara cita-cita masyarakat dan keharmonisan kehidupan sosial. Berbagai unsur harus dipenuhi oleh suatu masyarakat untuk menjadi sebuah negara. Unsur tersebut diantaranya rakyat, wilayah, pemerintahan, kedaulatan hingga pengakuan dari negara lain.
Sebenarnya jika berbicara tentang agama dan negara ada beberapa pendapat yang menunjukkan bahwa negara memiliki sifat antagonistik hingga akomodatif.
Sebuah negara yang memiliki hubungan antagonistik antara negara dan agama memiliki ciri ketegangan antara agama dan negara. Hal ini biasanya dimulai ketika masa pergerakan kebangsaan saat para pelopor mencurigai bahwa agama akan menandingi eksistensi dari negara.
Namun, hubungan akomodatif berbeda dengan antagonistik. Dalam hubungan akomodatif terjadi ketika hubungan negara dan agama memiliki sifat saling mengakomodasi yakni ketika pemeluk agama mampu memahami kebijakan yang terkait dengan keberadaan sebuah negara.
Selain cara pandang antara negara dan agama juga ada cara pandang atau paradigma antara negara serta politik yang secara umum dibedakan menjadi tiga cara pandang yakni paradigma integralistik, sekuleristik serta simbiotik.
Ada perbedaan yang cukup signifikan diantara ketiga sudut pandang tersebut misalnya paradigma integralistik memungkinkan pendapat bahwa agama dan politik menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Paradigma integralistik tidak hanya mengatur hal – hal tentang ibadah saja namun juga memiliki cakupan yang cukup luas yakni dalam bidang politik.
Paradigma sekularistik merupakan sebuah cara pandang yang menganggap bahwa adanya pemisah antara agama serta negara. Umumnya cara pandang sekuleristik sering digunakan oleh negara barat yang memisahkan antara urusan agama serta urusan negara.
Cara pandang ketiga yakni paradigma simbiotik yakni hubungan agama dan negara yang saling menguntungkan. Ekonomi memiliki tujuan untuk membahagiakan masyarakatnya.
Ekonomi dalam Islam merupakan sebuah ilmu yang mempelajari kegiatan ekonomi berlandaskan asas-asas Islam yang berlaku. Saat ini Indonesia menjadi salah satu pasar yang menjanjikan dalam ekonomi Islam apalagi kedudukan Indonesia dengan pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Banyak hal yang bisa diuntungkan, namun untuk itu perlu adanya harmonisasi antara politik, ekonomi dan agama.
Apa Saja Peran Muhammadiyah dalam Pergerakan Ekonomi?
Milad Muhammadiyah yang ke-108 memiliki tema menarik terkait gerakan keagamaan dan pengentasan masalah pandemi. Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi kemasyarakatan islam yang terbilang cukup besar memiliki banyak peranan penting baik dalam bidang kemasyarakatan hingga bidang ekonomi.
Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi keislaman terbesar yang sudah terbentuk sejak tahun 1912. Pada saat awal terbentuknya Muhammadiyah, memiliki 47% anggota yakni pedagang. Hal ini menjadi bukti bahwa sejak awal berdirinya Muhammadiyah merupakan organisasi keagamaan yang sudah mementingkan prinsip ekonomi.
Proses dakwah yang dilakukan Muhammadiyah pun salah satunya dimulai melalui proses perdagangan batik dari daerah Pekalongan hingga Minangkabau. Bahkan saat ini potensi yang dimiliki Muhammadiyah dalam bidang ekonomi pun semakin menggeliat dibuktikan dari jumlah UMKM yang berada di bawah didikan Muhammadiyah.
Peran Muhammadiyah dalam bidang ekonomi sebenarnya sudah mulai tampak saat salah satu pentolan Muhammadiyah K.H. A.R. Fachrudin mulai mengemukakan Muhammadiyah sebagai “The Grand Communities” yang memiliki peran cukup penting dalam bidang pergerakan ekonomi bangsa. Bahkan dalam dialog bisnis yang dilakukan oleh K.H. A.R. Fachrudin juga memberikan pesan penting bahwa seorang Muslim sebaiknya tidak meninggalkan hal yang berkaitan dengan ekonomi.
Sebagai salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah memiliki landasan penting sebagai penggerak ekonomi.
(1) Muhammadiyah merupakan lembaga Islam yang memiliki kepercayaan diri untuk tetap tumbuh dan berkembang dalam bisnis berlandaskan amal.
(2) Muhammadiyah menunjukkan eksekusi nyata dalam potensi yang dimilikinya, hal ini juga didukung dengan beberapa keunggulan Muhammadiyah misalnya keberadaan banyak anggotanya yang duduk dalam kursi birokrasi bahkan menjadi pemimpin dari Muhammadiyah. Muhammadiyah juga memiliki banyak sumber daya alam yang tidak diragukan lagi kualitasnya dalam hal pendidikan.
Hal ini sebenarnya berjalan selaras dengan keberadaan Muhammadiyah sebagai ormas yang sigap dengan berbagai pembaharuan. Muhammadiyah dapat menjadi salah satu “kaki” dalam pergerakan ekonomi Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh banyaknya anggota Muhammadiyah yang tersebar di seluruh penjuru negeri serta banyaknya anggota yang juga menjadi pengusaha.
Bagaimana Proyeksi Ekonomi dalam Masa Pandemi?
Masa pandemi mengubah banyak hal dalam tatanan hidup bermasyarakat khususnya di bidang ekonomi. Kabar yang paling buruk dalam bidang ekonomi yakni terjadinya resesi karena pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut mengalami pembalikan arah bahkan nilai GDP pun minus.
Muhammadiyah dalam hal ini sebagai salah satu ormas terbesar yang memiliki banyak pengaruh dalam bidang ekonomi pun tidak tinggal diam. Proses penguatan ekonomi yang baik adalah sistem penguatan ekonomi yang dimulai dari level bawah.
Pandemi menyebabkan penurunan pendapatan yang sangat signifikan. Saat ini pendapatan usaha mikro dan menengah menurun sangat drastis hingga 84%. Sektor usaha yang paling terdampak tentu saja basis consumer goods.
Banyak peneliti yang mengatakan bahwa semakin lama pandemi yang terjadi memungkinkan terjadinya kepailitan pada sektor usaha. Apalagi saat masa pandemi sisi pasokan dan permintaan pasar terpengaruh cukup drastis.
Sebenarnya jika melihat kacamata yang cukup luas adanya pembalikan dalam bidang ekonomi masih bisa memberikan sedikit harapan yakni peningkatan penggunaan produk lokal oleh masyarakat. Peningkatan permintaan untuk produk lokal juga memberikan harapan akan berkurangnya impor yang sering dilakukan oleh Indonesia.
Berdasarkan beberapa riset yang telah dilakukan sebenarnya ada beberapa bidang usaha yang dinilai tahan krisis yakni bidang penjualan kebutuhan pokok, food and beverage, sektor kesehatan, pendidikan hingga bisnis digital.
Berdasarkan riset yang telah dilakukan ini sebenarnya sangat menguntungkan Muhammadiyah terlebih jaringan Muhammadiyah yang cukup luas memungkinkan untuk membuat gebrakan dalam bidang ekonomi selama masa pandemi.
Banyak hal yang bisa dilakukan dalam bidang ekonomi karena menurut Muhammadiyah Ekonomi, Politik, Agama jika dimanfaatkan sebaik mungkin maka memberikan lebih banyak keuntungan.
Muhammadiyah memiliki kemampuan untuk mengadakan advokasi bagi UMKM melalui pelatihan serta pendampingan untuk menggerakkan roda perekonomian. Dalam proses ini Muhammadiyah bekerja sama dengan Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang dimilikinya. (*)
Penulis adalah Mahasiswa ITB Ahmad Dahlan Jakarta
Opini sangat bagus