Penandatangan Ketetapan Majelis permusyawaratan Rakyat Sementara Republik Indonesia Nomor XXV/MPRS/1966 tahun 1966 Tentang “Pembubaran Partai Komunis Indonesia, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia Bagi Partai Komunis Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan Atau Mengembangkan Faham Atau Ajaran Komunis/Marxisme-Leninisme” adalah Pimpinan MPRS yang terdiri dari Jenderal TNI Dr. A.H. Nasution (Ketua) dan para Wakil Ketua yang terdiri dari Asa Maliki, H.M. Subchan Z.E., M. Siregar dan Brigjend.TNI Mashudi.
Generasi sekarang mungkin tidak banyak yang mengenal mereka. Berikut keterangan ringkas para tokoh yang menandatangani Tap MPRS No XXV Tahun 1966 itu. Berikut keterangan ringkas tentang para penandatangan.
Jenderal TNI Dr. Abdul Haris Nasution
Lahir di Kotanopan, Sumatra Utara, 3 Desember 1918. Meninggal di Jakarta, 6 September 2000 (81 tahun). Beliau adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang dan salah seorang tokoh TNI AD yang menjadi sasaran dalam peristiwa Gerakan 30 September. Memang beliau dan isteri beliau selamat dari upaya penculikan tersebut. Namun Nasution kehilangan putri tercinta Ade Irma Suryani Nasution beserta ajudannya, Lettu Pierre Tendean.
Jenderal Nasution adalah konseptor Dwifungsi ABRI yang disampaikan pada tahun 1958 yang kemudian diadopsi selama pemerintahan Soeharto. Konsep dasar yang ditawarkan tersebut merupakan jalan agar ABRI tidak harus berada di bawah kendali sipil, tetapi pada saat yang sama tidak boleh mendominasi sehingga menjadi sebuah kediktatoran militer.
Bersama Soeharto dan Soedirman, Nasution menerima pangkat kehormatan Jenderal Besar yang dianugerahkan pada tanggal 5 Oktober 1997, saat ulang tahun ABRI.
HM Subchan ZE
Beliau adalah tokoh NU yang kerap dikenang sebagai inspirator suburnya gerakan pemuda dan mahasiswa di Indonesia seperti HMI, PMII, GMNI, PMKRI, dan lain-lain. Pada dirinya ada anugerah sebagai figur politik yang tajam, dan belakangan juga dikenang sebagai “pemberontak”, dan berani melawan rezim (Presiden Soeharto).
Beliau meninggal dalam sebuah kecelakaan di Riyadh, Arab Saudi pada usia 42 tahun, konon dalam sebuah operasi intelijen.
Subchan ZE lahir di Kepanjen, Malang Selatan, 22 Mei 1931. Tumbuh di lingkungan santri di Kudus, anak keempat dari 13 bersaudara dari ayah H Rochlan Ismail, adalah mubaligh, pedagang, dan pengurus Muhammadiyah di Malang.
Ibunya adalah pengurus Aisyiyah. Sewaktu kecil dia diangkat anak oleh pamannya, H Zaenuri Echsan, seorang pengusaha rokok kretek asal Kudus. Subchan adalah potret generasi muda NU yang sukses di bidang ekonomi.
Sejak usia 14 tahun dia sudah mengelola perusahaan rokok “Cap Kucing”. Pada usia 15, Subchan sudah rutin bepergian ke Singapura berjualan ban mobil dan truk, cengkeh dan cerutu. Pada saat Belanda memasuki Solo ia mengkordinasi adik-adiknya untuk berjualan cerutu, roti dan permen kepada prajurit Belanda. Setelah dewasa ia menetap di Semarang dan mendirikan perusahaan ekspor dan impor di sana.
Osa Maliki Wangsadinata
Ia lahir di Padalarang, Bandung, Jawa Barat, 30 Desember 1907. Meninggal di Salatiga, Jawa Tengah, 15 September 1971. Beliau adalah pejuang Indonesia pada masa revolusi. Besar di lingkungan keluarga pengurus masjid dan mengenyam pendidikan di Taman Siswa hingga kemudian menjadi pengajar dan aktif di berbagai organisasi pergerakan.
M. Siregar
Nama lengkap M Siregar adalah Melanchton Siregar. Beliau lahir di Lumban Silo, Pearung, Paranginan, Humbang Hasundutan, Sumatra Utara, tanggal 7 Agustus 1912.
Meninggal di Jakarta tanggal 24 Februari 1975 (62 tahun).
Beliau adalah ketua Partai Kristen Indonesia, dan panglima Divisi Panah, sayap militer cabang Sumatra Utara dari Partai Kristen Indonesia. Ia juga merupakan anggota Komite Nasional Indonesia Pusat sejak 1947.
Brigjen TNI H. Mashudi
Lahir di Desa Cibatu, Garut, Jawa Barat, 11 September 1919. Meninggal di Jakarta, 22 Juni 2005 (85 tahun). Beliau adalah mantan Gubernur Jawa Barat dan mantan Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka pada tahun 1978-1993.
Beliau pernah menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat dari tahun 1960 hingga 1970. Selain itu pernah menjadi Ketua Majelis Pembimbing Pramuka Jawa Barat sejak tahun 1961. Pada tahun 1974, setelah melepas jabatan sebagai Wakil Ketua MPRS (1967-1972), ia menjadi Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Barat. Pada tahun yang sama, Mashudi dipilih menjadi Wakil Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka.
Orangtua Mashudi adalah wiraswastawan. Beliau adalah anak keenam dari 11 bersaudara. Dari pernikahan dengan Yetty Rochyati, beliau memperoleh dua orang anak. Pangkat terakhir beliau adalah Letjen TNI.
Sejarah Ringkas MPRS
Lembaga Tertinggi Negara MPRS adalah cikal bakal Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Ya, lembaga tertinggi negara Republik Indonesia.
MPRS dibentuk berdasarkan Dekret Presiden 5 Juli 1959 yang dikeluarkan oleh Presiden RI Soekarno. Susunan MPRS diatur dalam Penetapan Presiden Nomor 2 Tahun 1959. MPRS terdiri atas Anggota DPR Gotong Royong ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan. Yang dimaksud dengan daerah dan golongan-golongan ialah Daerah Swatantra Tingkat I dan Golongan Karya.
Sedangkan anggota tambahan MPRS diangkat oleh Presiden dan mengangkat sumpah menurut agamanya di hadapan Presiden atau Ketua MPRS yang dikuasakan oleh Presiden.
MPRS mempunyai seorang Ketua dan beberapa Wakil Ketua yang diangkat oleh Presiden.
Jumlah anggota MPRS pada waktu dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 199 Tahun 1960 berjumlah 616 orang yang terdiri dari 257 Anggota DPR-GR, 241 Utusan Golongan Karya, dan 118 Utusan Daerah. (*)
Artikel ini disarikan dari sejumlah sumber.
Shohibul Anshor Siregar, Dosen FISIP UMSU