Oleh : Budi Nurastowo Bintriman, Muballigh Akar Rumput. Pengasuh Pondok Pesantren Muhammadiyah Asy-Syifa’ Bantul (2012 – 2017)
- Mas, konsep pendidikan kita ini, di atas kertas sangat baik dan ideal.
- Tapi tahukah Mas Nadhiem, bahwa di lapangan tidaklah seindah yang dikonsepkan.
- Jika di atas kertas pendidikan kita menyeimbangkan antara aspek kognitif, psiko motorik, afektif, adab, ataupun akhlaq, tapi di tataran penyata-laksanaannya yang dominan adalah aspek kognitifnya belaka.
- Terhadap kecenderungan tersebut, seluruh stake holder pendidikan sepertinya sudah tak punya kemampuan lagi untuk meluruskannya.
- Faktornya apa saja, tentunya banyak. Sudah banyak teori diajukan, tapi adab dan akhlaq para anak didik kita, nyatanya kian ke sini kian merosot. Baik dari segi kuantitasnya maupun dari segi kualitasnya.
- Padahal kita semua juga tahu, bahwa kognitif yang tanpa dilandasi adab dan akhlaq, justeru akan menjadi masalah. Masalah tersebut sangat mungkin mengenai diri kita sendiri. Dan masalah tersebut sangat destruktif.
- Betapa sudah banyak contoh atau kasus tersaji di depan mata kita. Ada sosok kaum milenial “berkognitif” tinggi tapi berlaku curang pada jabatan yang diperolehnya. Sementara jabatan itu adalah jabatan publik.
- Kini tibalah semua aspek kehidupan kita mengalami kedaruratan akibat covid-19. Termasuk di dalamnya bidang pendidikan.
- Pendidikan Nasional kemudian merespon kedaruratan tersebut dengan menerapkan program “belajar di rumah”.
- Namun saya amati, lagi-lagi, program tersebut sangat kental aspek kognitifnya. Bahkan banyak kalangan merasakan, bahwa kesibukan dan kerepotan masa “belajar di rumah” lebih tinggi dibanding masa normal biasa.
- Keluhan-keluhan pun kemudian bermunculan dari orang tua, dari siswa, bahkan dari pihak guru sendiri. Itu mereka salurkan via media-media sosial.
- Berdasarkan keadaan itu semua, saya mengusulkan agar program ‘belajar di rumah” ini dievaluasi atau direvisi.
- Sebaiknya program “belajar di rumah” ditekankan untuk aspek-aspek yang saat normal dahulu selalu terpinggirkan, yaitu aspek adab dan akhlaq.
- Silahkan Mas Nadhiem dan kawan-kawan yang pakar untuk merumuskannya. Kedaruratan ini kita petik hikmahnya sebagai momentum untuk penegakan adab dan akhlaq anak-anak didik kita.
- Misal guru atau sekolah bisa memberi tugas kepada siswa dengan tugas membuat kelompok untuk turut peduli terhadap korban covid-19, peduli terhadap tenaga medis, dan lain sebagainya.
- Jangan sampai program “belajar di rumah” hanya jadi penuh dengan tugas-tugas kognitif. Itu hanya akan menjadikan anak didik kita tidak peka, a sosial, dan individualistik.
- Di lingkungan anak didik berada terjadi kedaruratan luar biasa, tapi anak didik kita tetap saja menyibukkan diri dengan buku-buku pelajaran. Telinga dan mata menangkap berita musibah, tetapi hati dan sikapnya membatu tak tergerak untuk berbuat sesuatu.
- Saya sangat yakin, perihal ini akan memberikan kebaikan-kebaikan yang signifikan bagi bangsa ini ke depannya. Karena mereka adalah generasi penerus bangsa.
- Program “belajar di rumah” untuk menegakkan adab dan akhlaq ini terlambat tak jadi masalah. Karena selama program ini dijalankan insya ALLAH akan memberi percikan-percikan pemikiran baru yang sejalan dengan visi penegakan adab dan akhlaq. Jadi tidak akan ada ruginya.
- Wa-ALLAHU a’lam bishshawwab..
Baca juga: Dramaturgi: Sleeping With The Enemy