Ia akan berusaha sungguh, supaya hanya Tuhan yang tahu kalau ia telah menyumbangkan kayu itu untuk surau. Maka ia pun berpesan pada penebang jangan membocorkan rahasia itu. Beramal baik ialah bila tangan kananmu mengeluarkan, tetapi bahkan tangan kirimu tak melihatnya! Tak perlu seorang pun tahu. Ia dan penebang itu telah berjanji supaya kayu itu datang dengan tiba-tiba saja dipembangunan surau seolah-olah datang dari langit. Alangkah bijaksana pikiran itu! Asal jangan ada perempuan cerewet yang disebut istri itu, pastilah akalnya menjadi jernih. Pada hari gelap yang tak seorang pun akan tahu, kayu itu akan terdampar disurau. Pada balok itu nanti dia akan menuliskan: Sepotong kayu untuk TUhan. Dengan arang saja, itu cukup baik. Kayu yang tiba-tiba datang itu akan membuat seluruh kampung terkejut. Dan siapakah orang yang berpikiran bahwa dialah penyumbang yang tak mau menyebut nama itu. Tidak seorang pun. Hanya Tuhan dan malaikatNya! Kebanggaan yang terpendam lebih baik dari kebanggaan yang terbuka. Kebanggaan yang terpendam membuat orang tertawa. Dan senyum lebih abadi dari tertawa.
Keinginannya supaya kayu itu cepat selesai tak tertahankan. Ia tak tahu lagi umurnya, berat badannya, jumlah tenaga yang dia punya atau yang telah dikeluarkannya. Ia melambung seperti dalam sebuah mimpi yang senikmatnya. Keringat mengalir dari kulitnya. Penebang itu menegurnya. Ah, masih perlukah dia diperingatkan apa-apa oleh siapa-siapa pada umurnya yang telah lanjut itu? Tidak. Istrinya atau penebang itu tak ada hak apa pun untuk mengingatkan dia. Pikirannya adalah satu-satunya pertimbangan. Kebaikan harus dikerjakan bagaimanapun akibatnya. Dia tahu apa yang bisa dan tak bisa dikerjakannya. Dan berhak sepenuhnya akan dirinya sendiri. Sayang, tubuhnya tak dapat mendukung kemauannya. Pada siang hari itu juga, keringat banyak mengalir dari tubuhnya. Dan, ia pingsan.
Ketika lelaki tua itu menyedari dirinya kembali, orang banyak berkerumun. Tidak, tak apa-apa. Maka lelaki tua itu mengusir mereka yang berkerumun. “Pergi tak adaada apa-apa. Hanya mengantuk sedikit, untuk apa kalian datang.” Mereka pun pulang.
Aduh, pastilah penebang itu telah membocorkan maksudnya itu pada mereka yang datang. Tidak, Kakek. Nah, itu baik. Rahasia itu akan bocor kalau Kakek bekerja lagi. Sebab ia akan jatuh pingsan lagi dan orang akan datang lagi. Dan menanyakan untuk apa kayu itu. Jadi, penebang itu menganjurkan untuk tidak lagi bekerja. O, ya. Siapa pun yang mengatakan, kalau perkataan itu bagus pantaslah dikerjakan.