Seharian itu ia merenungkan, apakah ia benar-benar akan sanggup menebang pohon itu dengan tangannya. Alangkah ebsar, ya, tidak dua kali keliling tangan, kalau selingkar tangan, ya lebih. Menebang sendiri bisa juga, tetapi apakah tenaganya akan kuat? Mengupah orang, istrinya tidak meninggalkan uang sesen pun padanya. Hanya beras dan lauk secukupnya sampai istri itu pulang. Mengupah orang tak mungkin, apalagi memberi makan.
Melihat betapa besar pohon itu, ia mengurungkan niat untuk menebangnya sendiri. Ada cara! Dahan yang tak berguna baiklah diberikan pada penebang sebagai upah. Ia tak akan kehilangan apa pun kecuali kekotoran akibat tumpukan reranting dan dahan! Ia gembiram. Telah dibayangkannya dalam khayal. Isteri akan memuji-muji kebijaksanaannya itu. Amal yang demikian itu akan abadi. Pahalanya akan dihitung sampai bahan itu musnah. Seminggu lagi kalau ia dirumah akan diberitakan itu. Mula-mula akan diajaknya istrinya berkeliling kebun. Disuruh menerka pohon apa yang tidak ada. Nangka! Dan kemana pergi pohon itu? Tidak, istrinya tak akan tahu. Surau, istriku, rumah Tuhan! Ia akan tersenyum. Tidak, tak usahlah. Begitulah cara yang paling baik menyampaikan berita pada mbok cerewet itu.
Maka ia pun mencari tukang tebang. Dibuatnya perjanjian bahwa dahan-dahannya akan menajdi upah. Dan bersihlah pekarangannya. Tanah itu akan menjadi rata kembali. Penebang itu tahu maksud lelaki tua dan menolak untuk menerima upah, tetapi lelaki tua itu menerangkan, amal itu terletak dalam niat. Adapun kayu yang akan diperoleh, itu adalah sewajarnya dalam bertetangga.
Begitulah seorang laki-laki dengan ototnya yang besar-besar bekerja dipekarangan. Pagi sekali ia telah datang, menyiapkan kapak, tali-tali dan memanjat. Lelaki tua yang tidak bisa membantu apa pun. Ia tak bisa memanjat, lagipula istrinya memesan dia dengan sangat supaya dihindari memanjat sangat rendah sekalipun. Ia sendiri sadar, tangannya telah gemetar, tak bisa lagi kuat berpegang. Itu berbahaya, akan dapat mempersingkat umur. Ia melihat kulit penebang itu, kulit yang kecoklatan berkilau oleh matahari, suara kapak yang bergema. Seluruh alam mendengar. Barangkali malaikat Tuhan telah mencatat apa yang telah dikerjakannya hari itu. Setiap gaung kapak itu memberitakan pada lelaki tua akan amal yang dibuatnya. Tidak usah menyesal tidak dapat membantu-bantu. Orang pun tahu ia sudah tua. Cukuplah mengawasi. Hari pertama dari penebang itu dilaluinya tnapa dapat menyumbangkan tenaga.