Oleh: Muhammad Fahri
Februari 2024, akan menjadi babak baru bagi pemerintah negara kesatuan indonesia. Pemilihan Penguasa baru akan dilakukan, menggantikan Penguasa lama yang secara terpaksa harus diganti sesuai dengan konstitusi. Terdapat 3 kandidat yang sudah di tetapkan, sebagai calon presidan dan wakil presiden, yaitu Ganjar Pranowo berpasangan dengan Mahfud MD, Prabowo Subianto berpasangan dengan Gibran Rakabuming Raka, dan Anies Baswedan berpasangan dengan Muhaimin Iskanda
Kepastian mengenai ketiga pasangan calon tersebut, didapat setelah KPU melakukan rapat pleno dan memutuskan ketiganya sebagai calon presidan dan wakil presiden yang akan bersaing pada februari 2024 mendatang.
Lalu, pertanyaan muncul, apakah pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden kali ini, berjalan jujur dan adil? Atau masih terdapat campur tangan dari penguasa sebelumnya?
Tulisan kali ini akan menjawab dua pertanyaan tersebut, dengan persfektif yang luas, serta melihat berbagai kemungkinan dari sudut pandang mahasiswa dan rakyat biasa.
Apakah pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden kali ini berjalan jujur dan adil?
Tingkat kepercayaan publik kepada KPU terbilang masih sangat fluktuatif, dan berubah-ubah sejalan dengan drama politik yang terjadi. Sebagai contoh, pasca putusan KPU yang mengesahkan pasangan Prabowo-Gibran sebagai peserta pemilihan presiden dan wakil presiden, tingkat kepercayaan publik terhadap KPU mengalami koreksi karena dianggap menerima kandidat yang dianggap cacat moral, anggapan itu muncul paska keputusan MKMK yang memecat anwar usman yang merupakan mantan ketua MK sekaligus paman Gibran, dengan tuntutan pelanggaran etik berat.
Meski begitu, KPU dinilai cukup lihai dalam mengatasi masalah tersebut, tidak terlalu menanggapi isu tersebut tetapi tetap fokus dalam menyiapkan penyelenggaraan pemilu, sehingga optimisme KPU sebagai penyelengara pemilihan presiden dan wakil presiden akan berjalan jujur dan adil, masih tinggi.
Apakah penguasa sebelumnya masih akan turut campur tangan?
Pada kasus ini, harus dilihat dari persfektif yang luas dan dinilai secara objektif tanpa menilai bobot akan siapa yang lebih di rugikan dari setiap pengambilan keputusan politik yang terjadi.
Akan tetapi, sulit rasanya jika mengatakan penguasa hari ini tidak akan campur tangan, memgingat salah satu calon wakil presiden merupakan anak dari penguasa hari ini.
Selain itu, dukungan yang secara gamblang di ucapkan kepada paslon prabwo dan gibran yang di ungkap oleh anak-anak dan mantu penguasa hari ini, meski hatus bersebrangan dengan partai pengusung mereka sebelumnya, kiranya akan sulit untuk berpikir objektif, akan netralitas penguasa saat ini.
Meski begitu, masih sangat diharapkan, selayaknya masa transisi presiden sebelumnya, yang memilih untuk tidak berpihak pada kandidat manapun, presiden saat ini juga di minta untuk bersikap netral dan lebih mementingkan pelunasan janjinya kepada rakyat di masa akhir jabatannya. (*)
Penulis adalah Sekretaris Bidang Kader PC IMM Kota Medan