TAJDID.ID || Minimnya dai populer berlatar belakang Muhammadiyah di media sosial membutuhkan strategi terstruktur bagi Majelis dan Lembaga terkait, termasuk inisiatif dari pegiat Persyarikatan.
Demikian diungkapkan Ketua Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) PP Muhammadiyah, Bachtiar Dwi Kurniawan dalam Gerakan Subuh Mengaji TvMu, Rabu (18/10).
“Ya jadi kita harus menggunakan strategi budaya supaya mainstreaming arus dakwah kita itu juga bisa dinikmati, dirasakan oleh khalayak umum. Ya mungkin ini butuh ilmu marketing dakwah,” ujar Bachtiar dikutip darilaman muhammadiyah.or.id.
Dari itu, Bachtiar mendorong dilakukannya pemetaan strategi secara konsep hingga teknis. Bagi individu pegiat dakwah Muhammadiyah yang sudah memiliki ilmu matang dan layak berdakwah, Bachtiar juga mendorong hal serupa.
“Gimana cara membranding, gimana cara mensosialisasikan figur, tokoh, bahkan konten. Maka ahli-ahli konten kreatifnya Muhammadiyah juga harus pandai-pandai memotong-motong kajian daripada ustaz-ustaz, lalu nanti disebarkan di berbagai macam platform; di tiktok, IG, Facebook dan lain sebagainya sehingga nanti lama-lama akan terkenal tapi terkenalnya tidak by aksiden tapi by desain,” jelasnya.
Namun yang paling mendasar, Bachtiar berpesan agar sosok yang hendak dipopulerkan itu memiliki penguasaan ilmu Keislaman dan ilmu umum yang kuat dan mendalam, juga ilmu komunikasi yang baik.
“Komunikasi publik, komunikasi massanya juga harus bagus gitu loh. Sebab kadang ilmunya mendalam tapi penyampaiannya, komunikasinya kurang bagus, monoton sehingga kurang menggairahkan. Dengarnya jemu, ngantuk dan sebagainya,” kata Bachtiar.
Di sisi lain, dirinya juga menekankan penguasaan karakter dan ideologi Muhammadiyah bagi dai-dai yang hendak dilambungkan agar corak keberagamaan Muhammadiyah yang moderat, tajdid, dan inklusif ikut tersiarkan.
“Kalau ustaz-ustaz (non Muhammadiyah) yang keras dalam batas-batas tidak sopan saja followersnya, pengikutnya banyak, maka ustaz Muhammadiyah yang baik-baik santun-santun yang mendalam enggak ada penggemarnya itu mungkin problemnya marketingnya aja yang mungkin kurang. Jadi dibutuhkan konten kreator dan marketer-marketer dakwah Muhammadiyah yang baik,” tegasnya. (*)