“Mengapa kita perlu takut kepada Allah, jika Dia Maha Penyayang?”
Demikianlah pertanyaan tulus yang diajukan seorang murid yang polos kepada gurunya, seorang Sufi yang bijaksana.
“Engkau lihat panci yang mendidih di atas api itu. Sentuh itu!” saran Sufi.
Mendengar saran sang guru, si murid mendadak ragu, sama sekali ia tidak berani melaksanakan saran sang guru.
Sang Sufi pun tersenyum mengerti. “Saya bisa paham. Kamu takut melaksanakan saran saya karena kamu takut akan potensi luka bakar, bukan disebabkan api itu sendiri.”
“Coba renungkan, eksistensi api kita hargai karena ia bisa menyuguhkan kehangatan dan memberi penerangan, serta bisa dimanfaatkan untuk memasak makanan,”
“Namun, kesadaran kamu terhadap kekuatan api itu telah menimbulkan ketakutan pada diri kamu, dan akhirnya menyelamatkan kamu dari bahaya.” imbuhnya.
Menurut sang Sufi, perumpamaan itu paralel dan jadi jawaban atas pertanyaan muridnya.
“Taqwa (takut akan Tuhan) beroperasi dengan cara yang sama. Artinya meyakini bahwa Allah SWT itu Maha Kuasa sekaligus Maha Bijaksana. Takut kepada Allah SWT tidak mengurangi Kasih dan Rahmat-Nya terhadap kita…,” tutur sang Sufi.
“Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung” (QS Ali Imran: 200).
Sumber: Laman Twitter @SufiComics