Syahdan. Ketika Syekh Abdul Qadir al~Jaelani melakukan perjalanan bersama murid-muridnya, mereka berpapasan dengan seorang pemuda pemabuk yang sedang mabuk berat.
Tak disangka, tiba-tiba pemabuk tersebut menghentikan langkah rombongan Syekh Abdul Qadir al-Jaelani dan mengutarakan tiga pertanyaan yang membuat beliau kaget
“Wahai Syekh, apakah Allah SWT mampu mengubah pemabuk sepertiku menjadi ahli taat?” tanya pemuda itu.
“Tentu mampu, Allah SWT Maha Kuasa,” ujar Abdul Qadir al~Jaelani.
Kemudian si pemabuk bertanya lagi : “Apakah Allah SWT mampu mengubah ahli maksiat sepertiku menjadi ahli taat setingkat dirimu?,”.
“Sangat Mampu, ALLAH Maha Kuasa Atas segala sesuatu,” jawab Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani dengan penuh keyakinan.
Si pemabuk bertanya kembali: “Apakah Allah SWT mampu mengubah dirimu menjadi ahli maksiat sepertiku?”.
Mendengar pertanyaan ketiga, seketika itu Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani sontak menangis tersungkur dan bersujud kepada Allah SWT
Murid-murid Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani pun penasaran dan kebingungan. Lalu mereka memberanikan diri untuk bertanya, “Wahai Tuan Syekh, apa gerangan yang membuat mu menangis?”
Kemudian Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani menjawab pertanyaan muridnya dengan hati yang bergetar.
“Betul sekali si pemabuk itu. Pertanyaannya yang terkahir yang menyebabkanku menangis karena takut kepada Allah SWT, kapan saja Allah SWT mampu mengubah nasib seseorang termasuk diriku. Siapa yang bisa menjamin diriku bernasib baik, meninggal dalam keadaan husnul khotimah. Pertanyaan itu pula yang mendorongku untuk bersujud dan berdoa kepada Allah SWT agar tidak menjadikanku merasa aman terhadap rencana Allah SWT. Semoga Allah SWT memelihara kesehatanku dan menutupi aibku.” tuturnya.
***
Pelajaran penting yang bisa dipetik dari kisah ini adalah agar kita tidak tertipu dengan kedudukan, amal perbuatan dan ilmu yang kita miliki. Maha Suci Dzat yang mampu mengubah seseorang kapan saja dia kehendaki. Dalam sujud ketika shalat,senantiasalah kita berdoa “Allahumma ya muqallibal qulub tsabbit qalbi ‘alaa diinik”. Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu.”*
Demikian kisah pertemuan Syekh Abdul Qadir Al- Jaelani dengan seorang pemabuk. Sekelas beliau saja sangat khawatir dengan dirinya dan tidak pernah bangga dengan maqam kewaliannya. Bagaimana dengan kita yang belum jelas kedudukannya di sisi Allah SWT?. Wallahua’lam. (*)