Syahdan. Serang Sufi bijaksana mengajukan sebuah pertanyaan kepada seorang Sultan, penguasa yang sangat bangga dengan kesalehannya.
“Pernahkah tuan merenung, seperti apa hubungan tuan sebagai hamba dengan Allah SWT sebagai Sang Khaliq?” tanya Sufi.
“Cukup baik. Saya selalu menunaikan shalat, senantiasa berpuasa, dan gemar menyumbang dengan penuh kemurahan hati. Tentunya, Tuhan pasti mendukung saya.” jawab Sang Sultan dengan nada agak takabur.
Mendengar jawaban Sultan, Sang Sufi kembali bertanya, “Kalau boleh tahu, apakah yang mendorong tuan melaksanakan ibadah, kesenangan atau kewajiban? ”
“Jelas, tentu kewajiban. Sayakan seorang muslim, hamba yang taat.” jawab Sultan dengan enteng.
Permintaan Sufi selanjutnya sederhana saja. “Jika diizinkan, tolong berikan saya segelas air.” ujar Sufi.
Tak lama kemudian, pelayan istana datang membawakan segelas air dan memberikannya kepada sang sufi.
Lantas, Sang Sufi mengangkat gelas berisi air itu ke arah cahaya, lalu menoleh ke kaisar, “Bayangkan diri tuan di gurun, kehausan. Apa arti air ini bagi tuan?” tanya Sufi.
“Tentu itu akan menjadi sebuah permata yang sangat bernilai, karena kita akan merasa lega meneguknya. Rasa haus kita akan terobati,” kata Sultan.
Sufi tersenyum mendengar jawaban Sultan.
“Itulah perumpamaan ibadah. Sejatinya ibadah itu bukan kewajiban, melainkan kegembiraan yang mendatangkan kelegaan,” ujar Sufi.
“Kita sama sekali tidak membantu Tuhan dengan melaksanakan ibadah kepada-Nya. Justru Dia membantu kita dengan memberi kita kesempatan untuk terhubung dengan-Nya. Untuk memuaskan dahaga spiritual kita.” imbuh sang Sifi. (*)
Sumber: Laman Twitter @SufiComics