Hak-Hak Wanita Afganistan di Tengah Kekuasaan Taliban
Sejak Taliban menguasai ibu kota Afghanistan, perempuan akan diberikan hak-hak di lapangan kerja maupun kegiatan-kegiatan lain. Perempuan berhak mendapatkan pendidikan dan pekerjaan, namun seperti apa kehidupan di bawah pemerintahan Taliban masih belum jelas. Banyak perempuan Afghanistan menyatakan ketakutan akan kembalinya aturan hukum represif yang pernah diterapkan pemerintahan Taliban sebelumnya.
Berbagai organisasi internasional juga telah menyatakan keprihatinan serupa. Menurut aktivis hak-hak perempuan Hoda Raha menyatakan bahwa Taliban telah merenggut setiap harapan dari kaum perempuan Afghanistan. Berbeda dengan pernyataan juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan bahwa Taliban akan menjamin hak-hak wanita di Afganistan termasuk diantaranya dipebolehkan untuk bekerja dan mendapatkan pendidikan tinggi, serta mendukung hak-hak perempuan di bawah ketentuan hukum syariah.
Pernyataan tersebut memicu pertanyaan lebih lanjut, termasuk seberapa banyak perubahan pandangan Taliban terhadap hak-hak perempuan sejak kelompok ini tersingkir 20 tahun lalu. Juru bicara politik Taliban Shail Saheen mengatakan bahwa Taliban menghormati hak-hak perempuan termasuk tidak wajib menggunakan Buqa. Taliban mengatakan mereka menginginkan hubungan damai dengan negara-negara lain dan akan menghormati hak-hak perempuan Afganistan dalam kerangka hukum Islam.
Sejak mengambil alih Afganistan pada 15 Agustus 2021 juru bicara Taliban mengatakan perempuan akan bebas bekerja tetapi memberikan sedikit detail tentang aturan dan batasan lainnya, karena warga Afganistan harus hidup dalam rangka Islam. Taliban memperkenalkan atau mendukung hukuman sesuai dengan interpretasi ketat mereka terhadap sistem hukum Islam, hukum Syariah, ketika mereka menguasai Afghanistan antara tahun 1996 dan 2001.Ketika itu, wanita harus mengenakan burqa yang menutupi semua, dan Taliban juga tidak menyetujui anak perempuan berusia 10 tahun ke atas pergi ke sekolah.
Namun, dalam pengambilalihan kekuasaannya kali ini, Taliban memberikan pendekatan yang berbeda.Berikut adalah sejumlah janji yang diberikan untuk warga Afghanistan, terutama hak-hak kaum perempuan/wanita:
- Perempuan boleh belajar dan berkerja
- Perempuan boleh bergabung dalam pemerintahan
- Burqa tidak lagi diwajibkan
- Jaminan hak perempuan terpenuhi
Berdasarkan sejumlah janji tersebut, sebagaian kalangan masih mersepon secara kekhawatiran, karena ada sebagian pihak lawan Taliban menganggap bahwa janji itu hanyalah akal-akalan saja. Namun, sebagai negara termasuk Indonesia berharap agar kaum perempuan Afghanistan dihormati hak-haknya. Indonesia juga terus memiliki komitmen membantu menciptakan perdamaian terutama kerjasama pemberdayaan perempuan.
Jurnalis Wanita Di Tengah Kekuasaan Taliban
Jurnalis atau dikenal juga dengan wartawan adalah sebutan untuk seseorang yang melakukan kegiatan jurnalistik seperti menulis, menganalisis, dan melaporkan suatu peristiwa kepada publik lewat media massa secara teratur. Kegiatan jurnalistik dilakukan di berbagai media massa seperti koran, majalah, radio, televisi, juga media online. Jurnalis sering dianggap sebagai wakil dari suara masyarakat mengenai berbagai kejadian yang ada dan terjadi di masyarakat.
Namun, dibalik kekuasaan Taliban jurnalis wanita di Afganistan mendapat tantangan tersendiri karena hak-haknya sebagai wanita di negara tersebut dibatasi. Sejak pengalihan kekuasaan tersebut membuat para jurnalis wanita di Afganistan menjadi tercancam. Seperti beberapa media pers yang memberitakan bahwa jurnalis wanita di Afganisatan dilarang bekerja setenmen ini dilangsir pada Detik News.com menyatakan bahwa Taliban Berkuasa, Jurnalis Wanita Afghanistan Mengaku Dilarang Kerja.
Selain itu media pers CNN Indonesia juga mengatakan bahwa Wartawan Perempuan Kabur Usai Wawancara Jubir Taliban. Di Media TvOneNews juga mengatakan bahwa Taliban Menjadi Ancaman Bagi Perempuan, serta Taliban Juga Ingkar Janji, Sejumlah Jurnalis Wanita Dilarang Kerja. Selain itu, pada media sembinews.com juga menyebutkan jurnalis wanita kontor berita Afganistan disuruh pulang, razim sudah berubah. Serambinews.com Kabul tersebut bahwa seorang jurnalis wanita Afganistan mengatakan Taliban menolak membiarkan dirinya bekerja.
Seorang jurnalis wanita Afganistan mengaku dilarang bekerja di stasiun TV nya setelah Taliban mengguasai negaranya. Seorang perempuan jurnalis mengungkapkan ia harus bersembunyi dari Taliban ketika Afghanistan mulai dikuasai kelompok tersebut. Arghand mengatakan di CNN Business melalui WhatsApp dan menceritakan pengalamannya selama dua minggu terakhir. Bahwa pada akhirnya, dia meninggalkan negara itu karena, seperti jutaan orang yang takut pada Taliban. Serta Saad Mohseni, pemilik TOLONews, juga mengatakan kasus Arghand adalah simbol dari situasi di Afghanistan.
Jatuhnya rezim Taliban sebelumnya pada tahun 2001 telah membuka era baru kebebasan media di seluruh Afghanistan.TOLO News selama ini telah mempekerjakan presenter dan jurnalis perempuan, sementara kelompok fundamentalisTaliban melarang perempuan bekerja dan melarang anak perempuan pergi ke sekolah ketika mereka berkuasa dari tahun 1996 hingga 2001. Namun demikian, pada kekuasaan yang baru Taliban mengatakan mereka akan menghormati hak-hak perempuan, tetapi hak-hak tersebut harus berada dalam batas-batas hukum syariah.