TAJDID.ID~Medan || Era gobalisasi adalah sebuah keniscayaan yang harus dihadapi oleh semua bangsa dan negara di seantero dunia, termasuk Indonesia. Sebagai implikasi dari perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi, globalisasi tidak hanya berpotensi menjadi tantangan dan ancaman, tetapi juga sekaligus merupakan peluang untuk lebih mengetahui kehidupan lain di berbagai belahan dunia.
Demikian prolog yang disampaikan Wakil Rektor II Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Assoc Prof Dr Akrim MPd saat menjadi pembicara pada acara Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 dengan tema “Menjadi Masyarakat pancasila di Era Digital” yang diselenggarakan secara virtual, Senin (2/8/2021).
Kegiatan webinar yang dipandu moderator Guntur Eko Saputradiikuti oleh 1455 peserta.
Selain WR II UMSU, acara ini juga menghadirkan sejumlah pembicara lainnya, yakni Masrizal Umar, ST (Chief Marketing Officer PT Spirit Inti Abadi), Astri Dwi Andriani, S.I.Kom., M.I.Kom. (Dekan Fakultas Komunikasi dan Penggiat Media Digital) dan Dr. Karnius Harefa, M.Biomed (Dosen Universitas Sari Mutiara Indonesia).
Baca Juga: Dosen FAI UMSU Jadi Narsum di Acara Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021
Dalam presentasinya, pakar pendidikan UMSU ini menjelaskan, tak dipungkiri, disatu sisi era globalisasi atau digitalisasi memang jadi ancaman terhadap kedaulatan dan jatidiri bangsa, tapi disisi lain sebenarnya bisa menjadi peluang untuk memajukan dan lebih mengaskan eksistensi di mata dunia.
“Karena itu, agar tidak jadi mangsa atau korban, maka mau tidak mau bangsa Indonesia harus mampu menyiasatinya globalisasi tersebut secara cerdas dan bijak. Salah satu upaya harus dilakukan adalah dengan terus meneguhkan nasionalisme bangsa,” ujarnya.
Di era globalisasi ini, selalu ada kemungkinan kedaulatan dan keamanan negara kita mendapat ancaman. Namun, kata Akrim, dengan bermodalkan nasionalisme yang kokoh insha Allah ancaman tersebut akan dapt diatasi.
Menurut Akrim, semangat nasionalisme merupakan salah satu modal utama yang harus dimiliki bangsa Indonesia dalam menghadapi ancaman-ancaman ketahanan nasional sebagai dampak negatif globalisasi. Tanpa adanya semangat nasionalisme, maka akan timbul perpecahan dan disintegrasi bangsa Indonesia. Tanpa adanya semangat nasionalisme dalam setiap jiwa bangsa Indonesia, maka akan dengan mudah bangsa lain mengobrak-abrik Indonesia.
“Tentu saja ini semua tidak kita inginkan terjadi. Hal terbaik yang perlu kita lakukan adalah memunculkan kembali semangat nasionalisme untuk bersatu melawan segala ancaman yang akan mengancam integritas kita sebagai bangsa Indonesia,” tukasnya.
Lebih lanjutAkrim mengungkapkan, salah satu ancaman yang terlihat di era digitalisasi adalah semakin mudahnya seluruh masyarakat mengakses dunia informasi dan telekomunikasi, serta semakin terbukanya pasar global dari berbagai penjuru dunia
sementara dari aspek ekonomi, kata Akrim, terbukanya pasar internasional akan berpotensi meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
“Tapi jangan lupa, secara ekonomi globalisasi juga bisa mengancam kemandirian ekonomi bangsa karena banyaknya produk luar negeri yang membanjiri pasar dalam negeri. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia. Karena itu, dalam konteks ini sangat penting untuk tetap menumbuhkan nasionalisme ekonomi di tengah-tengah masyarakat bangsa Indoesia,” kata Akrim.
Pentingnya Pendidikan Karakter
Menurut Akrim, di era Indonesia modern yang ditandai dengan derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi yang dirayakan secara gegap gempita, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam hal kesadaran berbangsa dan bernegara.
Ia melihat, derasnya gempuran kebudayaan asing yang terfasilitasi dengan media dan teknologi internet dapat secara bebas leluasa hadir di tengah-tengah masyarakat dan berpotensi mendominasi serta mempengaruhi kebudayaan lokal.
Akrim membeberkan beberapa upaya yang dapat dilakukan di era globalisasi ini dalam meningkatkan jiwa nasionalisme bangsa Indonesia, diantaranya dengan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pengenalan kembali identitas nasional yang bersumber pada budaya lokal, membangun integrasi bangsa, dan menumbuhkan wawasan kebangsaan Indonesia.
“Pendidikan karakter menjadi kunci utama untuk kembali melahirkan generasi muda yang memiliki rasa nasionalisme tinggi, ataupun untuk meningkatkan rasa nasionalisme pada generasi muda di era globalisasi ini,” tegas Akrim.
Terkait pendidikan karakter ini, menurut Akrim ada beberapa nilai karakter yang harus dipahami oleh segenap bangsa Indonesia.
Pertama, nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.
“Implementasi nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam sikap cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, anti perundungan dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih,” jelasnya.
Kedua, nilai karakter nasionalis; merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
“Sikap nasionalis ditunjukkan melalui sikap apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama,” tukasnya.
Ketiga, nilai karakter integritas; merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral.
“Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Seseorang yang berintegritas juga menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas), serta mampu menunjukkan keteladanan,” jelasnya lagi.
Keempat, nilai karakter mandiri; merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. Siswa yang mandiri memiliki etos kerja yang baik, tangguh, berdaya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Kelima, nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan.
“Diharapkan siswa dapat menunjukkan sikap menghargai sesama, dapat bekerja sama, inklusif, mampu berkomitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, memiliki empati dan rasa solidaritas, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan,” tutupnya.
***
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kota Medan Sumut merupakan rangkaian dari agenda Gerakan Nasional Literasi Digital untuk 12,4 Juta Masyarakat yang diluncurkan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) beberapa bulan yang lalu.
Ada 4 (empat) modul literasi digital yang dibahas dalam agenda gerakan Nasional Literasi Digital 2021, yaitu; (1) Budaya Bermedia Digital; (2) Aman Bermedia Digital; (3) Etis Bermedia Digital; dan (4) Cakap Bermedia Digital. Keempat modul ini, akan dilakukan di 34 provinsi, 514 kabupaten kota selama 8 bulan ke depan sampai akhir tahun. (*)