TAJDID.ID-Medan || Pengamat politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Shohibul Anshor Siregar mengatakan, jika benar Bobby Afif Nasution melawan kotak kosong dalam pilkada Medan 2020 nanti, maka hal itu akan menjadi catatan tragis demokrasi. Calon tunggal pilkada adalah anti demokrasi.
“Pasalnya pilkada itu tak hanya mekanisme sirkulasi kekuasaan politik, tetapi tak kalah penting seleksi figur,” ujarnya di Medan, Kamis (23/1/2020).
Menurut Ketua Lembaga Hikmah dan Kajian Publik PW Muhammadiyah Sumut ini, pemimpin yang lahir dari mekanisme pemborongan partai agar tidak mungkin memunculkan figur lain hingga berhadapan dengan kotak kosong, adalah pemanfaatan celah buruk regulasi untuk kepentingan anti demokrasi.
“Memang dalam pilkada ada jalur perseorangan. Namun reģulasi juga acuh tak acuh terhadapnya, karena kalau diingat klausul perseorangan adalah aturan yang belakangan ditambahkan. Karena itu jalur perseorangan bukan arus utama,” sebut Koordinator n’BASIS ini.
Meski pun demikian, lanjut Shohibul, persekongkolan elit yañg berhasil menobatkan kotak kosong sebagai lawan dalam mekanisme penjembatan untuk diakui sebagai pemimpin tidak selamanya akan berhasil meraih kemenangan.
“Pencalonan adalah satu hal sedangkan pemenangan adalah hal lain,” tegasnya.
Bukan cuma itu, kata Shohibul, kotak kosong yang jika benar akan dihadapkan dengan Bobby juga akan menjelaskan resistensi politik terhadap Jokowi, baik sebagai Presiden mau pun sebagai simatua (mertua-red) Bobby.
Selain mempermalukan Jokowi dan keluarganya, jika memang Bobby akan berhadapan dengan kotak kosong, juga akan menjadi rapor merah menyala semua partai koalisi.
“Artinya, mereka takut demokrasi berjalan dengan normal karena itu mereka putuskan untuk membunuhnya beramai-ramai,” kata Shohibul. (*)