TAJDID.ID~Medan || Debat Publik Kedua Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan yang digelar di Grand Mercure pada Sabtu (16/11/24) malam banyak mendapat sorotan. Salah satunya soal pernyataan seorang kandidat cawawalkot medan, Zakiyuddin Harahap saat debat yang menyebut perilaku korupsi di Medan semakin banyak dan ASN-nya jarang ada yang punya moral.
Pemerhati politik Shohibul Anshor Siregar mengatakan, kejadian pada debat ke dua itu bukan sejenis slip of the tongue atau speech error.
“Zakiyuddin Harahap pasti sudah memikirkan dengan matang sebelum berbicara. Ia tidak salah ucap. Sejumlah ahli yang ada di sekitar paslon nomor 1 itu pun ikut mempertimbangkan pilihan isu yang dinarasikannya,” ujar Shohibul, Selasa (19/11).
Lantas, apakah Zakiyuddin Harahap dan tim tidak tahu sejumlah penghargaan yang pernah disematkan ke pemerintah kota Medan? Menurut Shohibul, Zakiyuddin pasti tahu. Itu memang lain urusannya.
“Walau ia tak bermaksud mengatakan bahwa proses pemberian semua award kepada pemerintah Kota itu sarat subjektivitas, ia sangat sadar bahwa hal itu bukan public concern sama sekali. Zakiyuddin Harahap sangat sadar tak ada electoral benefit di balik kemasan pujian untuk Bobby Nasution,” jelasnya.
Shohibul melihat, Zakiyuddin hanya ingin lebih terhubung dengan rakyat mayoritas secara membatin dan berharap dengan mengedepankan isu itu merasa yakin sudah mengetengahkan public concern yang amat serius.
“Kita perbandingkan dengan Hidayatullah pada debat pertama yang, sama seperti Rico Waas, juga melambungkan pujian atas kinerja Walikota Medan non-aktif. Ketika Hidayatullah menyebut Medan ini besar, jumlah PDRB-nya tahun 2023 mencapai Rp 303,31 triliun, sebetulnya siapa yang ingin dikampanyei? Bobby Nasution atau rakyat yang menderita?,” kata Shohibul. (*)