Keseimbangan
Umum untuk banyak sistem pengobatan alternatif adalah konsep ‘keseimbangan/ketidakseimbangan’. Keadaan sehat alami seseorang adalah keseimbangan antara empat sifat kering/basah dan panas/dingin. Alasan seseorang mungkin telah meninggalkan keadaan ini dapat berupa ‘materi’ atau ‘konsekuensi’.
Penyakit material adalah tempat zat memasuki tubuh dan menyebabkan keseimbangannya bergeser ke salah satu dari beberapa arah. Begitu zat itu hilang, tubuh akan kembali ke mizaj alaminya, model keseimbangan.
Penyakit ‘konsekuensial’ adalah tempat efek suatu zat dalam tubuh tetap ada setelah ia meninggalkan tubuh. Tubuh dibiarkan dengan kelebihan panas/dingin atau kekeringan/kelembaban.
Obat-obatan kenabian menganggap penyakit disebabkan oleh keadaan ketidakseimbangan atau kerusakan organ atau melemahnya alami yang disebabkan oleh usia tua.
Tugas pertama dokter adalah menemukan penyebab penyakit, mempertimbangkan penyebabnya, memikirkan apa yang mungkin mendorongnya untuk mengembalikannya ke keadaan yang benar, bertindak berdasarkan itu dan kemudian bergantung pada Sang Pencipta.
Sebagian besar obat-obatan di al-Tibb al-Nabawi didasarkan pada saran diet dari Rasulullah, damai atas dirinya. Penyakit sederhana membutuhkan obat sederhana.
Obat untuk ketidakseimbangan condong ke arah panas akan menjadi sesuatu yang dingin. Padahal, contoh klasiknya adalah demam. Nabi bersabda, “Demam itu dari neraka, redakan dengan air.” (Bukhori dan Muslim)
Setiap Penyakit Ada Obatnya
Rasulullah SAW bersabda “Setiap penyakit ada obatnya. Jika obatnya cocok dengan penyakitnya, perbaikan akan terjadi dengan izin Allah. (diceritakan oleh Jabir dalam kitab Sahih Muslim) dan “Allah tidak menurunkan penyakit kecuali Dia menurunkan obatnya.” (HR Bukhari).
Ucapan di atas menetapkan prinsip-prinsip penting mereka. Pertama, mereka mendorong pemberian obat-obatan. Bahkan, ada kesepakatan di antara mayoritas cendekiawan Muslim bahwa itu adalah suatu keharusan.
Kedua, mereka menyiratkan bahwa, jika pemberian obat adalah suatu keterpaksaan, maka mencari obat juga harus menjadi suatu keterpaksaan. Terakhir, mereka menekankan ketergantungan pada Tuhan.
Di zaman modern ini, kita cenderung bergantung pada obat-obatan dan bukan pada Penyembuh Sejati. Sangat menarik untuk melihat betapa sedikit orang yang mengingat Tuhan dalam keadaan sakit sampai mereka menyadari bahwa penyakit mereka sudah tidak dapat disembuhkan lagi dan tidak ada harapan untuk sembuh.
Pengalaman saya sendiri adalah bahwa hal itu sangat menjengkelkan dan seringkali menghancurkan baik pasien maupun dokter ketika keterbatasan pengobatan modern menyadarkan mereka.
Penyembuhan Rohani dan Jasmani
Nabi Muhammad SAW menjelaskan penyembuhan khusus yang meliputi madu untuk dada dan hati. Dia juga menjelaskan prosedur dan prinsip, mis. “mengosongkan perut dan menurunkan panas demam dengan air’.
Selain itu, dia meresepkan doa dan permohonan untuk hal-hal seperti sakit kepala dan penyakit umum. Anda dapat menemukan ini di buku-buku hadits, tradisi, serta di berbagai buku doa Nabi.’
Diet adalah Kunci Kesehatan yang Baik
Himya berarti pencegahan dan diet. Himya, dengan kedua makna tersebut merupakan pilar utama kedokteran Islam.
Prinsipnya dalam Al-Qur’an yang membolehkan menggunakan pasir sebagai pengganti air dalam wudhu dan wudhu, jika yang terakhir ini merugikan kesehatan. Ada suatu ketika Nabi datang bersama sepupunya, Ali, ke rumah Um al Mandari binti Qays al Ansari.
Mereka mulai makan ketika Nabi Muhammad (SAW) berhenti dan berkata kepada Ali ‘kamu sudah pulih.’ penjelasan tentang prinsip himya dalam arti sepenuhnya.
Tibb
Harith, digambarkan sebagai tabib orang Arab, mengatakan “himya adalah sumber dari setiap obat, perut adalah rumah dari setiap penyakit”. Utusan itu berkata: “Perut adalah sumur tubuh dan pembuluh darah meminumnya. Jika sehat, pembuluh darah akan menularkan kesehatan, jika sakit, pembuluh darah akan menularkan racun,”
Anda bisa menggunakan diet pencegahan himya, dalam tiga tahap: 1. Sebagai obat. 2. Untuk menjaga kesehatan tubuh. 3. Untuk membantu pemulihan. Berdasarkan model Ibnu al Qayyim, hakim dan tabib tradisional telah mengembangkan sistem pengobatan diet yang canggih.
Perilaku Umum dan Kebersihan Dasar
Diketahui, Rasulullah Muhammad SAW adalah sosok utusan yang datang untuk menyempurnakan perilaku atau akhlak. Beliau tidak hanya mengajari kita makanan apa yang harus kami makan, tetapi bagaimana makanan itu harus disiapkan. Hal-hal seperti menutup makanan, mencuci tangan sebelum makan dan merebus makanan hingga matang saat memasak semuanya ditekankan oleh Nabi SAW.
Padahal, sama halnya dengan adab makan. Rasulullah mengajarkan kita untuk duduk sedemikian rupa sehingga makanan hanya mengisi perut kita sepertiga dari kapasitasnya.
Rasulullah saw menyebutkan lebih dari tujuh puluh jenis makanan tertentu yang dianggapnya sehat. Ilmu pengetahuan modern telah menegaskan bahwa pernyataan itu benar. Di antara makanan yang disebutkan adalah madu, kurma, cuka, ikan, dan jahe. (*)
Sumber: About Islam