Oleh: Dr Salman Nasution MA
Darwis atau Dahlan yang berawalan dari D adalah awal huruf keempat alpabet, sama halnya dengan pendiri Muhammadiyah Ki. Dahlan adalah anak keempat dari tujuh bersaudara, putra dari KH Abu Bakar bin Kiai Sulaiman dan Siti Aminah binti KH Ibrahim. Ayahnya seorang khatib tetap Masjid Agung Yogyakarta. Sedangkan ibunya adalah putri dari Penghulu Besar di Yogyakarta. KH Ahmad Dahlan lahir di Kauman, Yogyakarta, tahun 1869. Namun, ini bukan hal yang penting disampaian dalam tulisan ini.
Kehadiran Muhammadiyah sebagai organisasi yang dihadirkan oleh Ki Dahlan ditandai dengan simbol-simbol Islam yaitu syahadat yang melingkar dan matahari bersinar utama dua belas serta nama tulisan arab Muhammadiyah sebagai gerakan nabi Muhammad SAW. Simbol-simbol tersebut memiliki arti dan makna (lihat AD ART Muhammadiyah).
Diawal gerakan Ki Dahlan, ditandai dengan mentausiahkan keislamanan kepada murid-muridnya (Suara Muhammadiyah, 4 Desember, 2019), tidak ada kata Muhammadiyah, tidak ada simbol Muhammadiyah, tidak ada suara dan nyanyian Sang Surya, namun yang ada adalah kajian-kajian purifikasi ajaran Islam, al maun juga berperan dalam kehidupan sehari-hari Ki. Dahlan membantu masyarakat yang membutuhkan apalagi disaat dalam kondisi kolonialisasi, mendidik dan mengajar dengan mendirikan “Sekolah Agama Modern” atau bernama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah (MIDI), 1 Desember 1911. Artinya sudah ada gerakan pendidikan Islam sebelum kelahiran Muhammadiyah. Bahkan dalam sejarah kelahiran Muhammadiyah, pemerintah Hindia Belanda melarang kegiatan-kegiatan apapun yang bersifat kelompok yang memintarkan pribumi bahkan terbatas, karena dianggap akan ada ancaman terhadap kekuasaan Belanda (Karsiwan dan Lisa Retno Sari, Kebijakan Pendidikan Pemerintah Kolonial Belanda pada Masa Politik Etis di Lampung, 2021).
Ada tujuan dalam sebuah ajaran Islam, gerakan-gerakan Islam seperti Muhammadiyah mempunyai akhir dari sebuah amal (perbuatan), pendidikan-pendidikan yang dibangun Muhammadiyah memberikan efek yang luar biasa, pejuang-pejuang kemerdekaan adalah hasil buah dari pendidikan Muhammadiyah, seperti Sukarno dan Sudirman. Kedua jenderal yang disematkan oleh bangsa Indonesia dan rakyat Indonesia tidak kenal lelah dalam rangka memberikan hak-hak kemanusiaan dan hak kemerdekaan sebuah bangsa. Detik-detik kemerdekaan lahirnya negara Indonesia, maka Muhammadiyah melakukan pertemuan darurat (Muktamar Darurat), yaitu dilaksanakan pada tahun 1944 dan pasca kemerdekaan Moehammadijah Muktamar Darurat di tahun 1946. Kedua Muktamar tersebut harus dilakukan guna menyikapi keputusan-keputusan arah gerakan perjuangan dan pasca kemerdekaan. Situasi politik yang tidak stabil, pengkhianat bangsa secara organisasi dan individu mewarnai posisi penting dalam pemerintah.
Ki. Bagoes pada saat itu ketua umum Muhammadiyah menjadi sentral penting dalam merintis Indonesia menjadi sebuah negara yang berdaulat. Ki Bagus sebagai tokoh di balik rumusan Pancasila, UUD dan figur penting di dalam Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) serta Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pengkhiatan organisasi PKI (Partai Komunis Indonesia) menjadi ancaman kedaulatan negara, namun Muhammadiyah tidak tinggal diam, pada saat itu lahirlah gerakan semi militer Muhammadiyah yaitu KOKAM, singkatan dari Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah. PKI semakin menunjukan identitasnya dengan konsep paham Nasakom (Nasionalis, Agama, dan Komunis) yang mulai berkembang di masa itu.
Tidak main-main, Muhammadiyah terus mengembangkan dakwahnya melalui amal usaha atau dikenal dengan AUM terkhusus pendidikan. Dalam catatan pimpinan pusat Muhammadiyah, jumlah AUM diantaranya 163 Universitas, 23 ribu PAUD dan TK, 348 pondok pesantren, 117 rumah sakit, 600 klinik dan ribuan pendidikan dasar dan menengah. Atau gerakan Muhammadiyah dikenal dengan istilah healing school feeding.
Umat Islam pada umumnya dan kader Muhammadiyah khususnya, pasti bangga dengan kehadiran Muhammadiyah bersama amal usahanya, karena menyahuti kebutuhan umat Islam yaitu mendidik anak-anak bangsa melalui sekolah dan universitas, menyehatkan masyarakat melalui klinik dan rumah sakit dan menyantuni anak dan orang tua yang tidak mampu secara materil melalui panti asuhan dan panti jompo. Ada yang menyebutkan bahwa Muhammadiyah adalah organisasi terkaya dengan aset. Untuk tanah saja, Muhammadiyah memiliki lebih dari 21 juta meter, yaitu angka yang sangat fantastis bagi sebuah organisasi Islam, tidak hanya itu tanah-tanah tersebut diproduktifkan yang bermanfaat bagi keberlangsungan Muhammadiyah saat ini dan kedepan.
Bagi penulis, Muhammadiyah bukanlah organisasi terkaya, namun organisasi terpercaya. Jika Muhammadiyah disebut sebagai organisasi terkaya indikasi Muhammadiyah adalah organisasi korporasi yang mengutamakan keuntungan semata, jikalau ada sisi baik (bantuan) Muhammadiyah, maka hal itu disebut tanggung jawab perusahaan atau Corporate Social Responsibility (emang ada organisasi Islam terkaya disaat masih ada kemiskinan disekitarnya). Namun tidak, Muhammadiyah adalah organisasi gerakan amar ma’ruf nahi mungkar (lihat Profil Muhammadiyah), yaitu aktifitasnya berdasarkan perintah Allah SWT. memastikan dan meyakinkan bahwa apapun yang dilakukan kader Muhammadiyah (dakwah bil lisan, dakwah bil-hal, dakwah bi-tadwin dan dakwah bil-hikmah) harus memiliki nilai sebagaimana pendiri Muhammadiyah lakukan. Penulis sebutkan sebelumnya bahwa kelahiran Muhammadiyah membantu umat manusia dari kebodohan.
Besarnya jumlah amal usaha saat ini harus menjadi perhatian khusus bagi Muhammadiyah bahkan menjadi agenda rutin dalam memastikan bahwa kader Muhammadiyah yang hadir di tengah-tengah masyarakat, benar-benar memanfaatkan amal usaha untuk kepentingan umat Islam. Muhammadiyah sudah pintar dengan manajemen organisasi, pintar mengembangkan amal usaha sampai ke luar negeri (Australia, Spanyol, Malaysia, Filipina) lebih dari itu, pimpinan cabang istimewa ikut partisipasi dalam mengembangan dakwah Muhammadiyah di luar negeri. Tidak heran jika integritas sudah tertanam dalam sanubari warga persyarikatan.
Ingat saya ketika drg. Ismail (sekertaris PDM Mandailing Nata, pernah menjabat kepala dinas Kesehatan Sumatera Utara) berkata “kakek mu adalah satu diantara orang yang pernah menyumbang tanah untuk Muhammadiyah di jalan Mandailing, mereka berbondong-bondong mengembangkan Muhammadiyah” (sekarang jalan pukat I). penulis yakin, banyak kader persyarikatan memiliki orang tua yang berjuang di Muhammadiyah dahulunya (orang bilang kader biologis) yang juga menyumbangkan sebagain besar dan sebagian yang kecil kepada Muhammadiyah. Saya bangga menjadi kader Muhammadiyah dan tidak ada alasan malu bermuhammadiyah.
Amal usaha harus dijaga, jangan sampai ada (individu) warga persyarikatan merasa memiliki amal usaha Muhammadiyah. Karena kebesaran Muhammadiyah adalah partisipatif pendahulu warga Muhammadiyah yang rela menjual emas dan tanah untuk pengembangan Muhammadiyah. ZISWAF (Zakat, Infak, Shadaqah dan Wakaf) dan GAS (Gerakan Amal Sholeh) sebagai alat pembangunan selalu menjadi kebiasaan warga Muhammadiyah. Logis gerakan Muhammadiyah besar dari segi bangunan dan berjiwa ta’awun.
Muhammadiyah harus dijaga, jangan sampai ada segelintir orang yang ingin mengembangkan rekeningnya dari motif untuk mencari keuntungan, bahkan menafikkan usaha dan kinerja yang berpatisipatif juga di Muhammadiyah. Sama untung sama rugi, saling meridhoi, tidak mendzolimi, itu yang diajarkan oleh Islam dan pendiri Muhammadiyah itu sendiri, sebagaimana ucapan Ki. Dahlan “Kita dapat mengukur kemiripan kita dengan Nabi dengan melihat kepekaan kita terhadap penderitaan sesama”, bukan memiripkan kita dengan pendiri Muhammadiyah atau Nabi Muhammad SAW., namun jangan sampai gerakan Muhammadiyah hanya mengambil wajah nabi Muhammad namun berhati musuh terhadap Nabi Muhammad.
Tidak menuduh, tidak berfikir negatif, tidak pesimis, tidak skeptis. Ada gula ada semut, harta yang dimiliki Muhammadiyah harus dijaga karena pasti ada orang yang ingin mendekatinya. Dalam menjaga aset Muhammadiyah, mengingat pemberian ZISWAF adalah bentuk amal jariah umat Islam (kader Muhammadiyah) di akhirat nantinya, tentu harus dijaga. Majelis Wakaf Kehartabendaan Muhammadiyah Sumatera Utara yang diketuai oleh Drs. Adi Munasip terus melakukan gerakan pendataan, namun sayang minim kesadaran warga persyarikatan. Hal ini telah kami sampaikan dalam rapat koordinasi nasional Majelis Wakaf dan Kehartabendaan di Makasar, hari Jumat – Sabtu, 22 – 23 Juli 2022. “kurangnya kesadaran atas asset Muhammadiyah sehingga dianggap asset perorangan atau kelompok”, kata Adi Munasip.
Kita menghargai kader Muhammadiyah yang benar-benar berjuang di Muhammadiyah serta di amal usahanya dalam rangka meningkatkan harkat hidup dan yang paling utama adalah perintah Allah SWT. (QS. An-Naba’ Ayat 11), namun kita harus waspada juga dengan orang yang mempunyai kesempatan untuk mengambil keuntungan (keuntungan tidak hanya meningkatkan dana rekening, namun bisa prestige). Baru-baru ini Badan Pusat Statistik (BPS) merilis provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Indonesia. Indonesia, dan provinsi Sumatera Utara berada pada tingkat 18 atau 8,49 persen. Pertanyaan lebih lanjut, apakah 8,49 persen tersebut ada kader Muhammadiyah di dalamnya? Jika ada, maka ini tanggung jawab Muhammadiyah dan amal usahanya secara khusus guna mengatasi kemiskinan.
Tidak perlu malu bermuhammadiyah, orang yang dengan sengaja melakukan pelanggaran apalagi melakukan pidana dan perdata pada amal usaha Muhammadiyah bisa disidang dengan hukum yang berprinsip Syariah bagi pelakunya. Penasehat bahkan Kokam mempunyai peran yang besar dalam menjaga Muhammadiyah dan AUM nya.
Tidak perlu malu, apalagi ragu, karena banyak orang yang siap bekerja ikhlas (tidak hanya kader Muhammadiyah namun umat Islam), kerja professional untuk Muhammadiyah. Penasehat atau pengawas dianggap paham dalam bidang ilmunya dalam mengawasi program-program Muhammadiyah. Minimal, memahami visi dan misi orang yang melibatkan diri pada Muhammadiyah dan AUMnya.
Jika melenceng, perlu diluruskan, dan jika sengaja melanggar aturan, maka perlu sikap bijak dan tegas. Sampai saat ini, hukuman bagi pelaku kriminalitas di Muhammadiyah terkhusus pada AUMnya tidak berjalan efektif. Dan jangan ada kata malu untuk melaksanakan perintah Allah SWT. apalagi bermuhammadiyah sebagai gerakan.
Jangan suka menempatkan seseorang pada posisinya, tapi tempatkanlah diri saudara terlebih dahulu pada posisi yang benar, ucap Ki. Dahlan. Muhammadiyah dan amal usahanya harus memiliki pemimpin dan pegawai dengan porsinya yang sama-sama. Namun jangan ada gap atau jurang pemisahan yang jauh, jika dia di atas, maka dialah yang dihormati, disegani apalagi tingkat gaji yang tinggi sehingga gaji kader, gaji karyawan yang bekerja di amal usaha tidak seimbang apalagi untuk keluarganya. Toh, tidak akan ada apa-apanya seorang pemimpin jika tidak ada karyawannya. Iya, semua bekerja, semua serasa, semua punya kepentingan. Minimal memastikan kesejahteraan kader Muhammadiyah tercukupi untuk membeli beras, pangan dan papan.
Bermuhammadiyah dalam setiap even Muktamar, Musyawarah Wilayah harus dijadikan momen kebersamaan dalam rangka tidak hanya memajukan Muhammadiyah dan AUMnya tetapi juga kader dan umat Islam. Sebenarnya Mudah menyejahterakan Muhammadiyah melalui AUMnya yaitu dilihat dari kejujuran, indikator kebiasaan, indikator kebersamaan. Jika tidak, maka Muhammadiyah akan mudah dipimpin oleh orang yang menganggap Muhammadiyah dan AUM nya sebagai organisasi korporat.
Selamat Bermuswil Muhammadiyah Sumatera Utara, Padang Sidempuan, 26 – 28 Rajab 1444 H atau bertepatan tanggal 17 – Februari 2023. (*)
Penulis adalah Sekertaris Majelis Wakaf dan Kehartabendaan PW Muhammadiyah Sumut