Oleh: Halima Akhira Putri
Di era modern sekarang, banyak masyarakat mengalami diskriminasi berdasarkan gender dalam bentuk kesenjangan dan perbedaan dalam tingkatan yang berbeda-beda. Diskriminasi berdasarkan gender masih terjadi pada seluruh aspek kehidupan, baik di Indonesia maupun seluruh dunia. Oleh sebab itu, kesetaraan gender merupakan persoalan pokok suatu tujuan pembangunan yang memiliki nilai tersendiri.
Program pemberdayaan perempuan di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1978. Melalui pemberdayaan, beberapa daerah telah memperoleh hasil memadai dalam meningkatkan kapasitas diri, meningkatkan ekonomi, meningkatkan kesehatan, meningkatkan kualitas hidup kaum perempuan. Namun, masih banyak perempuan di Indonesia yang belum tersentuh oleh program pemberdayaan baik di perkotaan terlebih di pedesaan.
Sehubungan dengan anggapan tersebut, pemberdayaan perempuan berusaha untuk memberikan perempuan alat yang mereka butuhkan untuk mengatur diri mereka sendiri, meningkatkan kepercayaan diri mereka, dan mengambil bagian aktif dalam mengembangkan keterampilan dan konsep diri mereka.
Pemberdayaan perempuan adalah proses yang melibatkan peningkatan kesadaran, pengembangan keterampilan (capacity building) untuk meningkatkan partisipasi, termasuk keluasan, pemantauan dan pengambilan keputusan, serta tindakan transformasional yang menghasilkan derajat kesetaraan yang lebih besar antara laki-laki dan perempuan.
Selain itu, agama dianggap sebagai penghalang kemajuan menjadi salah satu alasan mengapa perempuan kini ingin memperjuangkan hak-haknya. Agama sering disalahpahami dan telah membantu menormalkan masyarakat patriarki di mana laki-laki memiliki status lebih tinggi daripada perempuan. Pada kenyataannya, kedudukan laki-laki dan perempuan di hadapan Allah adalah sama, sebagaimana Allah jelaskan dalam surat At-Taubah ayat 71-76. Islam juga memberikan laki-laki dan perempuan hak dan kewajiban yang sama.
Dalam mendukung kemajuan pemberdayaan perempuan di Indonesia, Aisyiyah berperan besar dalam menghapus patriarki. Aisyiyah adalah gerakan perempuan Islam terbesar di Indonesia.
Salah satu organisasi wanita Islam terkemuka yang non politik adalah Aisyiyah. Organisasi tersebut telah berkembang di seluruh Indonesia, dan banyak orang telah melihat perkembangannya. Pada tanggal 27 Rajab 1335 H yang jatuh pada tanggal 19 Mei 1917 M. Al-Qur’an dan sunnah menjadi pedoman organisasi dan merupakan kelompok Muhammadiyah yang didirikan atas dasar amar ma’ruf nahi munkar.
Di balik berdirinya organisasi perempuan terbesar itu, Nyai Walidah menawarkan bantuan Kyai Ahmad Dahlan untuk mendidik perempuan dan mendorong mereka untuk terlibat dalam kegiatan sosial radikal dan revolusioner di luar. Keluarga perempuan didorong untuk mengembangkan kecerdasannya melalui pendidikan informal dan non formal seperti pengajian, pendirian organisasi Aisyiyah, dan penggerakan perempuan ke menimba ilmu dan terlibat dalam aksi-aksi sosial di luar rumah yang radikal dan revolusioner saat itu.
Menurut penulis, kontribusi Aisyiyah dalam pemberdayaan perempuan dimulai dari upaya mereka untuk mengikutsertakan perempuan dalam Islam di lingkungan Muhammadiyah. Dari sana, mereka memperluas pekerjaan mereka untuk mendidik masyarakat tentang agama dan nilai-nilai organisasi.
Sehubungan dengan hal tersebut, Aisyiyah berjuang mengakhiri penjajahan dan kebodohan yang berkolaborasi dengan gerakan perempuan lainnya. Aisyiyah juga bekerja untuk meningkatkan posisi perempuan dengan mengajarkan pelajaran agama dan kesempatan pendidikan. Aisyiyah diharapkan mampu menunjukkan dedikasi dan kiprahnya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, khususnya dalam pengentasan kemiskinan dan peningkatan lapangan kerja. (*)
Penulis adalah Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)