Para pendusta mempunyai andil terbesar dalam penyebaran kabar bohong ini adalah gembong munafikin, Abdullah bin Ubai bin Salul Al-Munafiq. Karena sebetulnya dialah yang menyebarkan berita ini. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diam tidak berbicara. Beliau hanya bermusyawarah dengan para shahabatnya, apakah menceraikan ‘Aisyah ataukah tetap menahannya (sebagai isteri).
Zaman sekarang juga muncul Abdullah bin Ubai- Abdullah bin Ubai baru yang lebih canggih. Mreka muncul dari oknum pejabat dan para pendukungnya penghamba dajjal. Para penyebar berita bohong menggunakan fasilitas yang ada untuk menjadikan kebohongan sebagai alat keserakahannya. Dusta adalah sumber kehancuran. Untuk menutupi dusta maka ia akan berdusta dengan dusta-dusta yang lain.
Hidup ini seperti naik pesawat. Kita sebagai muslim yang mukmin dan muhsin diharapkan menaiki pesawat bersama untuk tujuan di bandara tujuanyang satu yaitu husnulkhotimah. Kau adalah penumpang terakhir yang aku tahu. Setelah itu tidak ada lagi penumpang yang kutunggu karena sudah full. Tiket dan visa serta perbekalan perjalanan sudah disiapkan. Ternyata kau tak mau mengambil kesempatan itu. Itulah gambaran ajakan kebaikan seorang sahabat kepada sahabat dekatnya. Akhirnya ia pun tak peduli lagi dengan sahabat dekat itu. Ia meninggalkannya dengan sahabat yang sangat dikenalnya sepuluh tahun terakhir.
Antara Hasan dan sahabatnya memang jalannya sudah berbeda. Sahabatnya lebih memilih gemerlap dunia, harta yang menggiurkan bahkan jabatan yang selalu menjanjikan. Akhirnya sahabatnya terjerat pada jaring-jaring dunia dan dia seperti ditelan bumi tak ada kabarnya sejak perpisahan di pesawat terakhir. Kini Hasan berjuang seorang diri. Saat yang lain terkena kasus OTT, tembak menembak, atau kasus KM 50, CCTV mati, kebakaran kantor bergensi, dll ia tak peduli dengan berita hoax itu lagi.
Menggapai jihad mencari cinta itulah motto kesehariannya. Perasaan hatinya yang sering galau atau sahabat menyebutnya polisi tidur sudah tidak diikutinya lagi. Cita-citanya hanya satu: Ia ingin menghadap dengan Robbnya bersama sahabat-sahabatnya yang setia agar happy ending atau husnulkhotimah. Kini Hasan sudah bertekad utk meninggalkan riba, cinta dunia, dan kesenangan yang hanya menimbulkan dosa.
Setiap hari Hasan berusaha untuk tetap mandi dalam sungai kebaikan. Percikan mutiara cinta yang dimiliki telah menyinari hatinya yang akhir-akhir ini gelap. Sungai kebaikan itulah perjuangan yang harus dikuatkan di alam perjuangan seperti zaman fitnah ini. Sungai kebaikan itu Jihad, Hijrah, Cinta, dan Air mata.
Jihad itu seperti simbol laba-laba dan sarangnya yang dihadirkan oleh Allah untuk mengelabuhi kejaran orang-orang kafir ketika hendak membunuh Rasulullah dan Abu Bakar di gua jabal Tsur. Laba-laba adalah simbol kekuatan dan perjuangan atau jihad dan hijrah. Di samping laba-laba dalam riwayat lain Allah menghadirkan burung merpati dan telurnya. Merpati adalah simbol cinta, kesetiaan, dan kasih sayang, serta air mata. Sesama orang beriman dalam hidup ini hindari perpecahan untuk sebuah tujuan yakni kemenangan dengan jihad, hijrah, cinta, dan air mata.
Mabruk