Ya Allah, jika dosa- dosaku besar dan sangat banyak
Namun sesungguhnya aku tahu bahwa pintu maaf-Mu lebih besar
Jika yang memohon kepada-Mu hanya orang yang baik-baik saja
Lalu kepada siapakah orang yang jahat akan memohon ?
Aku berdoa kepada-Mu dengan penuh tadharru’
sebagaimana Engkau perintahkan
Lalu jika Engkau menolak permohonanku,
lalu siapa yang akan merahmatiku ?
Aku tidak mempunyai wasilah kepada-Mu
kecuali hanya sebuah pengharapan
Juga bagusnya pintu maaf-Mu
kemudian aku pun berserah diri
Catatan:
Abu Nawas adalah penyair masyhur di era kerajaan Abbasiyah dengan kehidupan hedonis seperti dikesankan dalam hikayat “100 Malam” (Alfu Lailatin wa Lailah).
Dikisahkan dalam kitab “al Bidayah wa Nihayah” karya Ibnu Katsir, bahwa Abu Nawas dimasa mudanya memang gemar meminum khamr, sampai-sampai beliau menulis syair tentang sensasi meminum khamr berjudul khamriyyat. Abu Nawas juga gemar bersenang-senang dengan banyak perempuan dan dianggap sebagai seorang zindiq.
Kendati terjerumus dalam kubangan maksiat, Abu Nawas kemudian mendapat hidayah dari Allah SWT. Setelah sungguh-sungguh bertaubat, kemudian beliau menuntut ilmu agama, yakni ilmu Al Qur’an, ilmu hadis, dan sastra Arab melalui sejumlah ulama.
Diriwayatkan, syair di atas adalah nukilan dari karya Abu Nawas yang ia tulis sebelum wafat. Syair yang ditulis pada secarik kertas tersebut ditemukan di bawah bantal Abu Nawas tidak lama setelah beliau wafat.