Penutup
Masyarakat adat Indonesia seperti Sayur Matua dan Sayur Mahincat ingin tak hanya sekedar terhindar dari ancaman korporasi. Mereka juga ingin difasilitasi.
Dengan lahan 1.500 hektar untuk dikelola demi kemakmuran, sumber pembiayaan mana yang akan diperintahkan oleh penguasa agar menyediakan infrasturktur yang diperlukan? Bank-bank mana yang akan berlomba mengucurkan kredit tanpa dipotong sepeser pun sambil mengintensifkan bimbungan teknis agar masyarakat adat tak gagal bayar?
Langkah penting pertama untuk Sayur Matua dan Sayur Mahincat tentu bagaimana agar pemerintah lokal dan instansi terkait segera menerbitkan pengakuan. Entry point kini ada di tangan DPRDSU. Di Palas masih banyak lahan sengketa bertipe identik. Hibalah untuk rakyat yang bile tondi (menderita) itu.
Tagihan mereka akan terus menggema. Jangan biarkan hidup mereka beriring air mata, terus disertai pekik perlawanan yang bisa berakhir di rumah tahanan. Jangan sampai hari-hari mereka dimerahkan oleh warna darah yang mengucur untuk mempertahankan hak. Mari kita akhiri kebijakan bernafsu angkara kolonial. (*)
Penulis dosen FISIP UMSU. Koordinator Umum Pengembangan Basis Sosial Inisiatif dan Swadaya (‘nBASIS).