TAJDID.ID || Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menyampaikan Tausiyah Kebangsaan dalam perayaan HUT Partai Amanat Nasional (PAN) ke-23 tahun, Senin (23/8).
Di awal tausiyahnya, Haedar Nasir mengucapkan selamat ulang tahun ke-23 kepad PAN. Ia berharap agar PAN menjadikan ulang tahun ini sebagai momentum untuk melakukan refleksi diri, konsolidasi dan melakukan proyeksi ke depan agar PAN menjadi partai yang menyatu dengan rakyat.
“Dan kedepan tumbuh-kembang menjadi partai yang besar sebagi pilar strategis bangsa dan negara,” ujar Haedar.
Selanjutnya, Haedar menuturkan, PAN lahir satu jiwa, satu nafas dan satu etos dengan kelahiran reformasi. Dalam konteks pergerakan, gerakan-gerakan Islam dan kemasyarakatan, bahkan PAN secara historis lahir dari spirit para elit dan pergerakan muhammadiyah untuk mengamalkan dan melanjutkan perjuangan reformasi yang saat itu merupakan pilihan penting, strategis dan menjadi tonggak baru bagi kehidupan kebangsaan rakyat Indonesia.
“Maka di era saat PAN memperingati hari ulangtahunnya yang ke 23 perlu perenungan yag mendalam disertai reaktualisasi gerakan, agar partai ini mampu hadir sebagai partai benar-benar menjalankan fungsi kepartaiannya sebagaimana diamanatkan konstitusi dan menghidupkan kembali jiwa alam pikiran dan tujuan luhur reformasi,” sebut Haedar
Selanjutnya, Haedar menyampaikan beberapa pesan kepada Partai Amanat Nasional, diantaranya;
Pertama, di era bangsa kita dan warga dunia sedang menghadapi musibah Covid-19, maka PAN harus menjadi bagian integral dari bangsa dan rakyat Indonesia untuk mampu berperan aktif menyelesaikan, menghadapi dan mengatasi pandemi ini dengan segala dampaknya,
“Karena PAN adalah partai politik, maka jalankan peran politik sebagaimana mestinya, agar pemerintah dan rakyat Indonesia mampu mengatasi pandemi ini dengan sebaik-baiknya dalam semangat kebersamaan,” kata Haedar.
Kedua, Partai Amanat Nasional baik dalam menghadapi pandemi Covid-19 maupun dalam memecahkan persoalan bangsa dan membawa Indonesia ke depan sebagaimana cita-cita reformasi, bahkan cita-cita para pendiri bangsa, Haedar berharap elit dan warga PAN benar-benar menyatu dalam denyut nadi rakyat.
Menurut Haedar, segenap elit dan warga PAN harus menjadi bagian dari rakyat. Ketika rakyat menderita, ketika rakyat menghadapi musibah dan ketika rakyat menghadapi masalah dalam kehidupan kebangsaan, para elit pan harus berada di tengah-tengah rakyat, punya jiwa empati, simpati dan memberi solusi jangan menjadi bagian yang terpisah dan terasing, apalagi elitis dari rakyat.
“Partai dan elit partai yang meyatu dengan kehidupan rakyat insha Allah akan dicintai rakyat,” tegas Haedar.
Ketiga, Haedar berharap, PAN sebgai partai reformasi harus mampu menghidupkan kembali jiwa reformasi yang sejati, yakni mewujudkan kehidupan demokrasi yang berbasis nilai-nilai akhlak, pancasila dan budaya luhur bangsa. Demokrasi yang membawa kepada keadilan, kebajikan dan kemajuan rakyat. Bukan demokrasi untuk demokrasi, bukan kebebasan untuk kebebasan.
“Seraya PAN memberi contoh bagaimana berdemokrasi berpolitik yang menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila, agama dan kebudayaan luhur bangsa, sehingga politik berwatak moralis, berkeadaban sekaligus juga berkemajuan,” kata Haedar.
“Jika banyak kekecewaan rakyat terhadap reformasi, maka bias reformasi dan kesenjangan reformasi, bahkan penyalahgunaan reformasi harus bisa diluruskan kembali oleh PAN,” imbuhya.
Haedar juga minta PAN dan kekuatan politik lainya harus mampu membawa proyeksi Indonesia sebagaimana karakter dasarnya sebagai bangsa yang berpijak kepada nilai-nilai Pancasila yang dibuktikan dalam dunia nyata, dipraktekkan dalam prilaku elit dan warga bangsa.
“Bukan Pancasila retorika, dogma dan klaim yang bersifat kata-kata,” tukas Haedar.
Selain itu, ketika merumuskan berbagai perundang-undangan, Haedar meminta PAN harus berada di depan agar segala produk legislasi berjalan dan tidak bertentangan dengan Pancasila, konstitusi UUD 45 dan aspirasi rakyat.
Terakhir, Haedar mengingatkan, di era media sosial dan era revolusi 4.0 sebagai bagian dari dinamika kehidupan masyarakat pada abad 21, PAN harus jadi partai modern, partai yang dalam tata-kelolanya berbasis sistem, profesional, objektif, serta moderat dan juga harus mempu mengagregasikan dan memperjuangkan kepentingan rakyat
Haedar yakin, ketika PAN tumbuh menjadi partai yang modern berpijak di bumi Indonesia dalam nilai-nilai dasar agama, Pancasila dan kebudayaan luhur bangsa, serta mampu menyerap dan menyatu dengan denyut nadi aspirasi dan nasib rakyat, kedepan PAN akan menjadi Partai yang besar dan menjadi partai yang ikut menentukan kehidupan bangsa Indonesia ke depan.
“Tentunya semuanya memerlukan kesungguhan, kerjasama dan tekad yang kuat dari segenap warga dan elit PAN,” tutup Haedar. (*)
Semoga PAN tidak hanya menyerap aspirasi anggota partai apalagi pimpinan partai. Begitu bukan?
Hiks..hiks..