TAJDID.ID~Medan || Tiga (3) Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) melaksakan kegiatan Pengabdian Masyarakat (abdimas) di Kelurahan Tegal Sari Mandala II dan III, Medan. Ketiga dosen FK UMSU itu adalah dr.Nanda Sari Nuralita, M.Ked KJ, SpKJ, dr.Isra Thirsty, M.Biomed, dr.Amalia Eka Damayanty, M.Gizi.
Abdimas yang mereka selenggarakan mengangkat tema “Menjaga Kesehatan Keluarga di Masa Pandemi Covid 19″.
dr.Nanda Sari Nuralita menjelaskan, bahwa kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah salah satu wujud implementasi Tri Darma Perguruan Tinggi yang dilaksanakan oleh dosen Fakultas Kedokteran UMSU.
“Adapun tema yang kita pilih merupakan bentuk komitmen serta kepedulian dosen FK UMSU untuk memecahkan berbagai permasalahan masyarakat, bangsa dan negara, khususnya berkaitan dengan menjaga kesehatan keluaraga di masa pandemi Covid-19,” ujarnya didapingi dr.Isra Thirsty, M.Biomed, dr.Amalia Eka Damayanty, M.Gizi.

Mengatasi Dampak Stres Selama Masa Pandemi
Dalam penyuluhannya, dr. Nanda Sari Nuralita, M.Ked KJ, SpKJ, menjelaskan, bahwa pandemi covid-19 menyebabkan negara-negara berkembang mengalami kesulitan dalam berbagai bidang, baik bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan dan bidang-bidang lainnya.
Ia mamaparkan, menurut Kemenkes RI tahun 2020,kasus yang terkonfirmasi covid-19 dijumpai 123.503 kasus dan 5.658 orang terkonfirmasi meninggal karena covid-19.
“Secara tidak langsung dampak wabah pandemi covid-19 menimbulkan gejala stres bagi masyarakat. Banyak masyarakat yang takut tertular sehingga menimbulkan kecemasan yang berlebihan, sehingga dapat menurunkan aktifitas dan produktifitasnya,” ujar dr. Nanda Sari Nuralita.
Oleh karena itu, dr. Nanda Sari Nuralita, penting untuk memberikan edukasi dan informasi kepada masyarakat agar mampu mengenali munculnya gejala stres dan bagaimana mengatasi dampak stres selama masa pandemi ini.
Selain itu, penting juga untuk melakukan mindfullness, pendekatan spiritualisme, bijak dalam memilih informasi terkait covid 19, berpikir positif, melakukan konseling ke psikolog atau psikiater jika diperlukan.
Ia berharap masyarakat mampu mengenali gejala-gejala stres yang muncul selama pandemi covid 19, seperti ketakutan, gelisah, tidak bisa tidur, cemas, panik, dan gejala-gejala lainnya yang muncul baik pada diri sendiri maupun pada oranglain atau kleuarga terdekat.
Dijelaskannya, mindfulness adalah suatu kondisi, dimana pikiran, perasaan, dan tubuh kita berada pada saat ini, tidak mengembara ke masa lalu maupun masa yang akan datang.
“Artinya, kita dapat menerima kondisi kita sekarang ini tanpa membanding-bandingkannya dengan masa lalu, dan mengkhawatirkan masa depan. Lakukan perancanaan dengan matang atas tindakan yang kita lakukan saat ini, dan tetap berpikiran positif,” tuturnya.
“Kemudian pendekatan spiritualisme dilakukan dengan cara memahami bahwa ada hal-hal yang dapat kita kendalikan, dan ada hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan. Pahami juga bahwa ada Dzat yang Maha Kuasa yang Maha Mengendalikan segala sesuatu. Dengan memahami hal ini, hati kita akan menjadi tenang (dengan catatan: tetap imbangi dengan upaya preventif terbaik),” imbuhnya.
Pentingnya Asupan Nutrisi dan Gizi untuk Pencegahan Covid-19
Presentasi selanjutnya disampaikan oleh dr.Amalia Eka Damayanty, M.Gizi. Ia mengatakan, seperti penyakit infeksi pada umumnya, keparahan gejala yang muncul pada COVID-19 tergantung pada imun masing-masing individu.
“Sistem imun akan melindungi individu terhadap serangan organisme patogen seperti bakteri, virus, jamur dan parasit,” tegasnya.
Untuk mengatasi berbagai ancaman ini, kata dr.Amalia Eka Damayanty, sistem imun tubuh berkembang termasuk menjadi berbagai jenis sel khusus, melakukan komunikasi antar sel dan melakukan respon fungsional. Aktifitas yang tinggi pada sel imun ini juga akan disertai dengan peningkatan metabolisme pada tubuh sehingga membutuhkan sumber energi dan peran substrat sebagai molekul pengatur dalam biosintesis yang pada akhirnya semua berasal dari makanan (diet).
“Dengan kata lain makanan akan sangat mempengaruhi status kesehatan seseorang,” katanya.
Karena itu, ia mengingatkan bahwa nutrisi sangat penting bagi tubuh. Selain fungsinya dalam mempertahankan keberlangsungan kehidupan, nutrisi juga berperan sebagai salah satu penyebab munculnya penyakit.
“Nutrisi atau zat gizi didapatkan dengan proses makan, tentu ini juga berkaitan dengan pola makan dan gaya hidup masing-masing individu,” ungkapnya.
Lebih lanjut dijelaskan dr.Amalia Eka Damayanty, bahwa asupan makanan sepanjang rentang hidup mulai sejak periode konsepsi hingga usia tua telah disimpulkan dari banyak penelitian berperan penting dalam perkembangan penyakit degeneratif yaitu penyakit yang berkembang dari proses-proses inflamasi terutama proses imunopatologis sehingga meningkatkan kemungkinan bahwa aspek imunomodulator yang berasal dari makanan dapat memengaruhi risiko dan manajemen penyakit.
Ditambahkannya, bahwa kejadian penyakit yang diperantarai oleh peningkatan sistem imunitas dianggap berasal dari komponen makanan umum seperti asupan tinggi kalori, lemak, gula tambahan, rendah serat ataupun diet lemak yang tidak seimbang.
“Selain zat gizi makro yang kita konsumsi dalam jumlah besar, adapula yang disebut dengan zat gizi mikro, dimana tubuh membutuhkan dalam jumlah yang sangat sedikit namun jika terjadi kekurangan zat gizi mikro akan sangat berdampak pada status kesehatan seseorang,” jelasnya.
Kebaikan dalam makanan sendiri, lanjut dr.Amalia Eka Damayanty, sangat dipengaruhi oleh pemilihan bahan makanan dan bagaimana makanan tersebut diolah atau diproses. Adanya perubahan pola makan maupun ketidaktahuan mengenai manfaat nutrisi makro maupun mikro terhadap kesehatan di masa pandemi seperti ini meningkatkan risiko kejadian covid-19.
Sehingga, kata dr.Amalia Eka Damayanty, sangat penting mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kebaikan suatu makanan yang dimulai dari individu pribadi. Dikatakannya, populasi terkecil adalah keluarga. Status gizi dan status kesehatan keluarga sangat mempengaruhi sumber daya manusia yang berkualitas di suatu negara. Komponen dalam keluarga terdiri dari beberapa fase dalam daur hidup, mulai dari bayi, balita dan anak, remaja, ibu hamil dan menyusui serta lansia yang masing-masing memiliki kebutuhan yang berbeda akan zat gizi.
“Dimulai dari kebiasaan hidup dan pola makan keluarga akan menciptakan kesejahteraan masyarakat di masa yang akan datang. Untuk itu, sangat penting edukasi pada anggota keluarga, terutama orangtua yang berperan sebagai role model bagi anak-anaknya untuk memahami pentingnya nutrisi dalam masa pandemi ini dalam upaya pencegahan terhadap penyakit covid-19,” tutupnya.
Pentingnya Informasi dan Edukasi tentang Cara Pemakaian Bahan Kimia dalam Rumah Tangga.
Sementara itu dalam presentasinya, dr.Isra Thirsty mengatakan, di dalam masyarakat sering dijumpai pengertian dan sikap yang tidak tepat terhadap istilah “bahan kimia”. Diungkapkannya, sering dijumpai adanya komentar negatif yang memberikan kesan bahwa bahan kimia adalah makhluk yang sama sekali tidak boleh didekati dan digunakan. Hal yang lebih memprihatinkan adalah jika dalam berbagai produk sering dicantumkan label ‘tidak mengandung bahan kimia’.
“Tidak dapat dipungkiri bahwa semua barang dan benda tersusun oleh unsur-unsur dan senyawa kimia. Kesalahpahaman ini tentu harus diluruskan,” ujar dr.Isra Thirsty.
Ia menjelaskan, bahan kimia beracun di dalam rumah setiap saat dapat mengancam keselamatan, terutama anak-anak. Bahan kimia tersebut dapat berupa oli, bensin, air aki di garasi, cuka dan minyak tanah di dapur, racun serangga dikamar, obat-obatan di lemari obat. Seringkali terjadi keracunan pada anak-anak akibat kecerobohan dalam menyimpan bahan akan berakibat fatal karena keingintahuan anak-anak untuk mengambil dan mencicipi atau menelan.
“Kecerobohan ini tidak hanya terjadi pada waktu penyimpanan, tetapi juga karena menggunakan wadah yang seharusnya tidak digunakan sebagai wadah bahan kimia beracun,” jelasnya.
Menurut dr.Isra Thirsty, bahan kimia bukanlah sesuatu yang harus dihindari, melainkan dimanfaatkan dengan cara yang tepat. Oleh karena itu hal ini harus disosialisasikan kepada masyarakat.
Ia menjelaskan, sebagian besar bahan kimia terjadi secara alamiah, tetapi ada juga yang diproduksi oleh mahluk hidup. Deterjen, pewangi, pemutih, pasta gigi, pembersih porselen serta bahan aditif makanan yang berbahaya adalah beberapa contoh bahan kimia yang telah digunakan oleh manusia untuk berbagai keperluan.
Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan ilmu pengetahuan. lanjut dr.Isra Thirsty, kini telah banyak ditemukan bahan yang diproses menjadi bahan yang lebih berguna bagi kehidupan manusia.
“Dalam kehidupan sehari-hari tentu banyak dijumpai bahan-bahan yang dipergunakan dalam rumah tangga. Bahan Kimia dalam rumah tangga adalah seluruh benda-benda yang pada dasarnya tersusun oleh unsur-unsur dan senyawa kimia tersebut, yang berada dalam rumah tangga pada umumnya,” ungkapnya.
dr.Isra Thirsty menilai, penting untuk memberikan edukasi dan informasi kepada masyarakat terutama keluarga mengenai bahaya pemakaian bahan kimia rumah tangga yang tidak benar.
“Hal ini bertujuan agar anggota keluarga terhindar dari gangguan kesehatan akibat pemakaian bahan kimia rumah tangga yang tidak benar,” pungkasnya. (*)