Oleh: Hanifah Syafina
Untaian di atas adalah mantra yang selalu menguatkan rasa keluh, gaduh, dan riuhku, dantak jarang juga sering kutebarkan pada orang-orang terdekat untuk saling menguatkan. Sebab menjadi seorang perempuan itu wewenang Tuhan atas ketetapa-Nya, hingga menghasilkan makhluk-makhluk yang beragam, yang senantiasa sujud dan taat kepada-Nya.
Dan mengambil peran adalah pilihan, sebab Allah menitipkan akal kepada manusia untuk berpikir. Melalui pikir Allah izin untuk bertindak dan melalui tindakan Allah izinkan untuk menebarkan manfaat. Dan itu yang disebut mengambil peran, karena tidak semua insan menggunakan akalnya untuk berpikir lalu mengaplikasikannya menjadi tindakan atas dasar menebarkan kebaikan. Bahkan banyak diantaranya hanya dibiarkan mongering dan membusuk.
Hal menarik lainnya, hari ini kita masih dihadapkan dengan perempuan-perempun yang masih dianggap tabu apabila terlibat dalam aksi-aksi sosial, komunitas, organisasi dan kelompok lainnya yang bergerak di luar ruang perempuan pada umumnya( budaya yang ditanamkan orang orangterdahulu : sumur, dapur, kasur ).
Dalam halini baik rasanya bila kita saling merenungi perkataan Tuhan yang Ia sampaikan pada Surah at-Tubah : 71 ;
“Dan orang orang yang beriman, laki-laki dan Perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang Ma’ruf mencegah dari yang munkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi Rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. “
Dari Firman di atas kita semakin yakin bahwa Allah pun turut serta agar hamba-hambaNya, yang Ia hadirkan di muka bumi bukan hanya sekedar hidup lalu menunggu mati. Ada hal lain yang Ia perintahkan kepada kita, baik itu laki-laki maupun perempuan, yaitu mengambil peran untuk menyeru kepada yang ma’ruf mencegah dari yang munkar, menolong mereka yang membutuhkan pertolongan, membahagiakan mereka yang dilanda kesedihan, mengusap duka mereka yang merana, dan banyak hal lainnya yang bisa kita lakukan sebagai manusia bermakna.
Dalam ayat tersebut juga, Allah tidak membeda-bedakan baik itu laki-laki maupun perempuan, Ia menyerukan kepada kedua-duanya, bahkan terdapat kata “dan“ dalam ayat tersebut sebagai penghubung kata dari laki-laki dan perempuan, makna “dan “ disiini bukan perbandingan, pengganti, ataupun pemisah, melainkan menekankan kesamaan, kolaborasi, dan kesetaraan. Itu berarti Allah mengajak hambaNya untuk saling bergandengan tanpa menyudutkan dan mengecilkan salah satu di antaranya. Agar semakin kuat, semakin kokoh dalam misi utama sebagai hamba yang tidak lain mengabdikan diri kepadaNya untuk senantiasa menjadi hamba-hambaNya yang bertaqwa.
Atas penguatan penguatan tersebut kita dapat memetik kesimpulan, bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan untuk menebarkan manfaat dan mengambil peran dalam hal apapun, sehingga perempuan tidak lagi harus minder dan merasa tidak diberikan ruang dalam berkarir, beramal dan berkarya. (*)
Penulis adalah Ketua Umum PW IPM Sumatera Utara.