Oleh: Zefrizal Kiffung
Orang Tanjung Balai itu unik. Tetap percaya bahkan sudah puluhan kali kena tipu.
Bukan bodoh. Orang Tanjung balai sungguh mengerti pepatah “jangan sampai masuk kelobang yang sama dua kali”. Sudah khatam mereka tentang pepatah-pepatah itu.. hanya saja mereka tak perduli. Masih ngeyel walau sudah di nasihati.
Seperti Wak Masri. Sampai-sampai membuat si Kamal berang dan menggerutu.
Jangan pacayo “uwak” samo Si Daham itu… manipu sajo karojonyo itu..
nanti tatipu “uwak” lagi.
“Padiarlah situ mal. Kalau mambongak lagi Si Daham samo aku, batambah satu lagi pahaloku,” jawab Wak Masri sambil menggeser becak dayungnya.
“Amakk jang.. yang tongkaran wak masri ini..Padahal mangkasi tau yang eloknyo aku..kasian aku menengok uwak asik kono tipui….,” kata Kamal lagi.
“Tapi lantak uwaklah situ. Nanti kalo kusambung lagi cakapni, uwak bilang pulaklah koncingku bolum lurus. Uwak lah yang sudah banyak makan asam garamnyo. Yang inilah.. yang itulah.. macam-macam,” imbuh Kamal.
Wak masri cekikikan dan menjawab…
“Makonyo soring-soring kau ikut pengajian tiap malam selasa di masjid Taufiq Hidayah…. biar tak katinggalan kaji kau..Malam selasa kemarin, tak kau dongar caramah muallim jalalkan.??? Katonyo.. dalam Qur’an Allah Menyebut bahwa Aku adalah sebagaimana sangkaan hambaKu, maka berprasangka baiklah kepada Allah..Bagitu jugo dongan manusia. Berprasangka baiklah,
postif thinking kalau kato orang Medan,”
Si Kamal tertegun sambil berbisik dalam hati.
“Kok pintar Wak Masri pagi ini yo. Makan apo agaknyo dio tadi malam…!!
“Begini mal… mempercayai orang lain mungkin menyebabkan kerugian di dunio.Akan tetapi menjadi amal di akhirat. Mempercayoi seseorang berarti memberikan kesompatan kepadanyo.Sekali lagi Mungkin kita rugi didunia.
Tapi untung di akherat..,” lanjut Wak Masri.
****
Saudara pembaca. Sepertinya perlu dilakukan study antropologi. Tapi selaku putra asli, tentu saya paham betul karakteristik orang-orang Tanjung Balai. Sangat Egaliter. Faktanya memang Tak ada orang yang ditolak di Tanjung Balai. Semuanya diterima. Asalkan, orang yang datang mahu ber-asimilasi dengan tradisi dan kebiasaan setempat.
Orang Tanjung Balai itu tak takut sama orang. Yang mereka takutkan hanya kalau sudah tua tak mau ke Mesjid.
Kalau ditipui, “gelik-gelik” aja nya mereka itu,yang penting jangan sebut-sebut dan ejek nama ayahnya. Kalau diejek, maka siap-siaplah berhadapan dengan parang panjang..
Jadi sebenarnya sungguh… orang Tajung Balai itu sungguh unik. Saking uniknya, adanya pulak orang di Tanjung Balai itu bergelar RADAMSU atau Raja Damak Sumatera Utara. Kata “DAMAK” bersinonim dengan bongak dan semasdar dengan cerita bohong.
Kalau sudah datang orang yang bergelar RADAMSU tadi, maka yang lain akan urunan untuk membayarkan rokok dan kopinya. Untuk apa…?
Ya sekedar mendengarkan cerita-cerita bongak darinya. Walau yang diceritakannya sungguh tak mungkin.. tapi masih cukup meyakinkan para pendengarnya..
Coba hayati, RADAMSU datang. Setengah ngos-ngosan duduk di warung pak Amat.
Melihat RADAMSU ngos-ngosan, si Kamal pun bertanya.
“Kanapo kok ngos-ngosan incek..?”
“Amak janggg…hampir sajo bah…” kata RADAMSU
“Hampir apo…..?” Sikamal makin penasaran.!
“Di jalan arteri….Kutengok bakalai burung olang samo kucing..Hampir mati tadi burung tu. Tapi tibo tibo…,” tutur RADAMSU.
“Terus incek..” ujar si kamal kian tak sabar
“Tunggu yoo..Ambekkan dulu samsoe satongah mat… Samo kopi sagolas yo..”kata RADAMSU.
“Iyo.. iyo.. ambekkanlah mat Biar nanti aku yang mambayar,” jawab bang Amer.
RADAMSU mulai dikerubuti. Yang main catur berhenti sejenak, termasuk yang sedang main Leng. Berkumpul mendengarkan cerita RADAMSU.
RADAMSU melanjutkan ceritanya.
“Tibo-tibo.. mambosar burung olang tadi…,”
“Sabosar apo cek?..” pepet si Kamal.
“Sabosar helikopter…Dipatuknyolah kucing tadi..Yang lamoan… ado agaknyo limo menit ditarek burungtu kucing tadi kalangit,” kata RADAMSU.
Bang amer mulai terpengaruh sambil garuk-garuk kepala ikut bertanya..
“Torus Cek katanya…”
“Kasian pulak aku menongok kucingtu..Kulumpatlah. Kutangkap Kaki burung tu. Sampai torompas katanah.. Ondak kucokik burungtu bak mati.
Laaah… mambosar pulak kucing yang hampir mati tu…Ditengok tengoknyo aku.Kufikir ondak batarimokasi karena sudah kutolong.Tak taunyo ikut pulak mangaroyok aku.Jadi bakawan kucing samo burung..Kalau hanya burung masih bisa kulawan. Ini ikut pulak kucing bosar,” jelas RADAMSU panjang lebar.
“Torus cek?,” bang Amer semakin menggebu-gebu..
RADAMSU menyeruput Kopi dan membakar Rokok.
“Bontar yo mer.. karumah aku sabontar.Udah pulang agaknyo si Timah binikku.Direpetinyo aku nanti. Besok kito sambung lagi yo..,” kata RADAMSU.
RADAMSU berjalan pulang dan menggumam. Nikmat apalagi lah yang hendak kau dustai…
Hehe..
Cerita ini direpost dari FB Zefrizal Kiffung