Oleh: Yudha Kurniawan
Untuk menjaga kebugaran, usai subuh saya biasa berolahraga yang sifatnya aerobik menggunakan alat treadmill dengan frekuensi 3 hingga 5 kali sepekan.
Selain itu tatkala beraktivitas di bangunan bertingkat saya lebih suka memanfaatkan tangga darurat. Kecuali jika saya sedang bareng teman barulah menggunakan lift untuk naik turun gedung.
Namun demikian acap kali saya temui gedung bertingkat yang pintu keluar dari tangga darurat dalam keadaan terkunci. Pernah saya sudah naik beberapa lantai, setelah sampai tujuan pintunya terkunci. Pernah pula turun hotel menggunakan tangga darurat, ketika sampai bawah ternyata pintunya dikunci.
Ada pengalaman lucu ketika diajak rekan kerja saya Mas Adri Margono menginap di apartemen Mbak Hesti kakaknya di Jakarta. Saat itu Bulan Ramadhan sehingga pada dinihari penghuni banyak yang memasak untuk sahur. Tiba-tiba alarm kebakaran berbunyi, sontak penghuni panik bergegas turun dan ada antrian panjang di lift.
Bersama Mas Adri saya pilih turun melalui tangga darurat, disamping tidak antri juga sesuai prosedur darurat kebakaran. Tiba di lantai dasar ternyata pintu keluar tangga darurat terkunci rapat, padahal kami turun dari lantai 17. Beruntung saat itu tidak terjadi kebakaran, alarm nya bunyi karena banyak penghuni yang masak sahur dan menimbulkan asap.
Ketemu Mas Endro Sambodo di Desa Wisata Sambi
Akhir pekan ini kantor saya mengadakan IHT mitigasi bencana di Desa Wisata Sambi Pakem Sleman. Salah satu narasumber kegiatan ini adalah Mas Endro Sambodo dari BPBD DIY.
Saya sudah kenal cukup lama dengan Mas Endro karena sekitar tahun 2014/2015 saya sebagai Ketua Panitia Diklat SAR MDMC DIY juga menggunakan BPBD DIY sebagai narasumber. Di samping itu mas Endro juga kolega adik saya sebagai sesama rescuer.
Nama Endro Sambodo sempat mencuat di media nasional ketika berhasil mengevakuasi Mahasiswa Atmajaya yang jatuh ke dalam kawah Merapi ketika berfoto di Puncak Garuda. Meskipun misi evakuasi itu adalah kerja bareng semua anggota tim yang terlibat, namun masuk ke kawah tentu tidak semua rescuer bersedia dan mampu melakukannya.
Ketika menyampaikan materinya, Mas Endro sempat menjelaskan tentang fungsi tangga darurat dalam keadaan bahaya. Saat itu secara spontan sempat saya komentari dengan pengalaman beberapa kali mendapati pintu tangga darurat dalam keadaan terkunci.
Sebagai rescuer berpengalaman, Mas Endro menilai hal itu sebagai indikator pengelola gedung bertingkat belum memahami fungsi tangga darurat.
Menurut Mas Endro tangga darurat yang pintunya dalam keadaan terkunci adalah kesalahan prosedur yang serius dan berbahaya. Tangga darurat yang sedianya sebagai jalan keluar dalam keadaan darurat, jika pintunya terkunci malah menjadi jebakan tikus. Rescuer ketika evakuasi barangkali malah akan menemukan korban berkumpul dalam tangga darurat yang pintunya terkunci.
Pengawasan Tugas Kita Semua
Fenomena terkuncinya pintu tangga darurat kendati nampaknya sepele namun bisa fatal akibatnya. Hal ini juga indikator masih ada pengelola gedung bertingkat yang tidak serius menerapkan tindakan mitigasi atas risiko bencana dan keadaan darurat.
Pemerintah melalui BNPB, BPBD barangkali memiliki keterbatasan jangkauan untuk mensupervisi pelaksanaan mitigasi di gedung-gedung bertingkat. Dukungan masyarakat sangat diperlukan untuk mengawasi kesunggguhan penerapan mitigasi di fasilitas publik termasuk gedung bertingkat.
Siapapun dapat terancam bahaya karena kelalaian itu, maka masyarakat harus berpartisipasi memberi saran kepada manajemen dan jika perlu memberi informasi kepada satker yang berwenang untuk menegur pengelola yang tidak serius dalam menerapkan upaya mitigasi bencana di gedung bertingkat maupun fasilitas publik lainnya. (*)
Bantul, 13 Desember 2020
Penulis adalah Ketua Umum Pimda 02 Tapak Suci Putera Muhammadiyah Kabupaten Bantul