Oleh: Dr. Spahic Omer
Selama ini diketahui, bahwa ada dua sumber sejarah, yakni primer dan sekunder. Namun, Al-Qur’an yang sangat berorientasi pada sejarah, tidak dapat dikategorikan sebagai keduanya. Sebaliknya, itu adalah sumber sejarah yang paling utama.
Artikel ini mencoba untuk menjelaskan alasannya.
Nabi Muhammad SAW adalah utusan terakhir Allah SWT bagi umat manusia. Gelar kehormatan dan operasinya adalah sebagai “Seal of the Prophets”. Karena itu, Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya juga merupakan Kitab Suci terakhir dari Allah kepada manusia.
Dengan demikian, Al-Qur’an melihat ke masa kini, masa depan, dan masa lalu. Artinya, selain bertujuan untuk mendiagnosis masa kini dan memberikan jawaban untuk itu, al~Quran juga membuka jalan untuk masa depan, sekaligus dalam ukuran yang sama untuk memperbaiki masa lalu.
Hal ini terjadi karena prinsip bahwa seseorang harus mengetahui masa lalunya untuk memahami masa kini dan untuk dapat membangun masa depannya.
Masa lalu adalah fondasi masa depan. Hadiah menyatukan kedua kutub dan memberikan masing-masing kehidupan serta tujuan.
Al-Qur’an tidak hanya berbicara tentang beberapa episode kritis sejarah umat manusia, tetapi juga tentang sejarah kehidupan secara umum, dan bahkan tentang beberapa aspek sejarah alam semesta.
Itu bermaksud untuk memberikan manusia kerangka spiritual dan intelektual yang lengkap, kerangka kerja tentang keberadaan secara keseluruhan. Ia tahu bahwa hanya hal seperti itu yang dapat memberikan pijakan yang kokoh bagi manusia untuk menghadapi masa kini dan dengan percaya diri merenda masa depan. (Bersambung ke hal 2)