TAJDID.ID-Medan || Di tengah suasana pandemi Covid-19 banyak bisnis yang tumbang akibat lesunya pasar. Kondisi ini dialami banyak perusahaan besar dan kecil. Namun demikian banyak juga bisnis yang mampu bertahan terkhusus Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam menghadapi pasar yang sulit.
Ditengah badai ekonomi yang lesu itu, kemudian hadir sebuah Gallery Minang Neka, yang membrand usahanya sebagai UMKM yang menyediakan berbagai jenis kebutuhan yang khas minangkabau. Gallery Minang Neka yang beralamat di Jalan Matahari Raya No.5, Medan Helvetia.
Pemilik Gallery, Abdul Kadir Jailani – Eka Yulia mencoba peruntungannya ditengah badai resesi yang mulai terasa menderas. Memilih produk khas minang menjadi ciri Gallery Minang Neka karena dari survey yang dilakukan penduduk minang di Kota Medan sangat besar dan cukup potensial.
Di Medan juga belum banyak toko seperti artshop, gallery yang menjual produk khas minang, seperti pakaian, makanan dan berbagai cinderamata. Dan itu adalah peluang pasar yang bagus untuk dicoba, begitu hasil survey yang dilakukan.
Abdul Kadir Jailani dan isteri kemudian mencoba usulan yang disampaikan putri-putrinya, apalagi setelah menjalani masa purna sebagai karyawan Telkom, ia dan keluarganya meneguhkan hati akan tetap berada di Kota Medan.
Setelah satu toko siap disulap menjadi sebuah gallery, maka berbagai produk industri dan kerajian dari Sumatera Barat pun didatangkan ke Medan untuk mengisi Gallery Minang Neka.
Produk-produk yang tersedia di galery Minang Neka seperti baju koko khas Minang, bahan-bahan baju khusus untuk wanita dengan design Minang Asli, songket Silungkang dan Pandai Sikek, sandal laki-laki datuak dan sandal wanita masker corak minang, bahan songket dan bahan untuk baju koko, tas antik corak minang, Berbagai makanan khas Minang, seperti karupuak sanjai balado, Karak Kaliang, Karupuak kuning dan Karupuak Jangek.
Saat berkunjung ke Gallery Minang Neka. memang tampak gallery belum dalam kondisi produk penuh karena masih menjajaki dengan perajin di Sumatera Utara untuk produk yang diminati pasar. Namun, sebagai pengusaha pasangan suami isteri, Abdul Kadir dan Eka Yulia, sudah merencanakan untuk mengembangan industri kerajian sendiri (Minang Style) di kota Medan yang produknya sama dengan aslinya di Sumatera Barat.
“Tapi itu masih program jangka panjang,” jelasnya.
Melihat antusias pasar, paling tidak setelah pandemi Covid19 mereda, Abdul Kadir optimis bertumbukan UMKM yang menggarap pasar fashion dan cinderama khas daerah akan mengalami pertumbuhan. Apalagi Kota Medan menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang prospektif dan berkembang.
Keyakinan Abdul Kadir lainnya adalah banyak wisatawan dari LN datang ke Medan dan mereka membutuhkan beranekaragam cinderamata. Tentu saja Gallery Minang Neka dapat menjadi lokasi pilihan.
Menyangkut dengan Gallery atau Artshop yang menyediakan produk khas daerah seperti Melayu, Toba, Mandailing, Aceh, Jawa ke depannya akan mengalami pertumbuhan seiring dengan kemajuan Kota Medan sebagai pintu gerbang ekonomi Pulau Sumatera.
Bagi Anda yang ingin mendapatkan berbagai produk industri dan kerajinan khas Minangkabau, silahkan mampir di Gallery Minang Neka di Jalan Matahari Raya, atau dapat menghubungi telepon 081328301779 atau 081265627543. (*)