Di Zaman Nabi Muhammad SAW terdapat tokoh tokoh anti islam yang hingga kini nama mereka masih menjadi pengisahan suatu cerita atau peristiwa.
Pada zaman tersebut, Nabi Muhammad SAW dan kaum Muslimin menghadapi ujian yang hebat dari kelompok kafir Makkah. Masyarakat Arab jahiliyah ketika itu melakukan perlawanan habis-habisan terhadap dakwah risalah yang dibawakan Rasulullah. Sejumlah tokoh Quraisy seperti Abu Jahal dan Abu Lahab gencar memprovokasi orang-orang Makkah untuk melakukan tindakan kekerasan terhadap Nabi dan para pengikutnya. Abu Jahal dan Abu Lahab yang menjadi tokoh anti islam pada masa itu tetap populer sampai sekarang.
Setelah Nabi Muhammad wafat tokoh tokoh anti islam masa pada masa itu pun ikut mati – berganti di zaman sekarang dengan nama berbeda tetapi dengan perbuatan yang sama. Awak merupakan generasi yang lahir di era 80 an, telah menyaksikan peristiwa pertentangan terhadap islam dengan tokoh tokoh yang berani berbeda pendapat juga berani melakukan pembunuhan. Pembunuhan dilakukan secara sendiri – sendiri juga berkelompok – menelan puluhan sampai ribuan korban jiwa.
Tokoh anti islam terbaru, bernama Rasmus Paludan. Ia adalah seorang politisi sayap kanan Denmark. Paludan menyerang Islam tak seperti pendahulunya Brenton Tarrant, sang pelaku pembunuhan dalam serangan di dua masjid di Chrisctchurch, Selandia Baru.
Paludan pernah melemparkan sebuah buku di lapangan umum di Kopenhagen, mengklaim bahwa itu adalah al-Qur’an dan membiarkannya jatuh ke tanah.
Pada kesempatan lain, Reuters melaporkan bahwa Paludan telah membungkus salinan al-Quran dengan bacon dan secara terbuka membakar kitab suci tersebut, mengklaim bahwa dia menggunakan haknya untuk kebebasan berbicara.
Kerusuhan Pecah di Norwegia dan Swedia
Mengutip AFP, kerusuhan terjadi setelah seorang politikus anti-Muslim Denmark, Rasmus Paludan, dilarang masuk ke Swedia. Rasmus Paludan sebagaimana pernah diberitakan CNN, berencana membakar al-Quran dalam kunjungannya ke Swedia akhir bulan ini
Ketua partai garis keras Stram Kurs Denmark ini mengaku bahwa ia diundang untuk membakar Al quran oleh seorang seniman jalanan Swedia, Dan Park. Pembakaran al-Quran itu akan berlangsung pada 28 Agustus di dekat sebuah masjid di distrik Rosengard.
Juru bicara polisi Swedia, Rickard Lundqvist, menjelaskan, Paludan telah berangkat ke Malmo, Swedia, untuk mengikuti aksi. Namun pihak berwenang mencegah Paludan masuk ke Swedia. “Kami menduga dia akan melanggar hukum di Swedia,” kata juru bicara polisi di Malmo, Calle Persson kepada AFP.
Buntut dari pelarangan terhadap Rasmus Paludan membuat pengikutnya yang merupakan aktivis-aktivis sayap kanan Swedia membakar Alquran. Kantor berita TT melaporkan bahwa pembakaran al-Quran itu awalnya disiarkan secara daring dan diunggah di media sosial.
Hal itu kemudian memicu aksi unjuk rasa yang diikuti sekitar 300-an orang di sepanjang jalan di Kota Malmo, Swedia bagian selatan. Mereka menyampaikan protes kepada kepada Pemerintah yang melarang kehadiran Rasmus Paludan. Para demonstran marah sehinga bentrok dengan polisi pun tak terhindarkan.
Para demonstran beraksi membakar ban dan melempari polisi dengan batu. Mereka juga ikut membakar Alquran. “Pengunjuk rasa membakar salinan kitab suci Islam (al-Quran),” kata juru bicara polisi Rickard Lundqvist kepada tabloid Swedia Expressen, Sabtu (29/8/2020).
Eskalasi kekerasan terus meningkat hingga Sabtu dini hari. Alhasil, beberapa petugas polisi mengalami luka ringan. Sementara dari pihak kerusuhan, sekitar 15 orang diamankan. Belakangan, tiga orang ditangkap karena dicurigai menghasut kebencian terhadap satu kelompok etnis, utamanya setelah menghina kitab suci umat Islam. (*)
Roni Jambak, Redaktur TAJDID.ID