TAJDID.ID || Baru-baru ini kelompok hak-hak sipil Muslim utama Amerika Serikat (Council on American-Islamic Relations/CAIR) melaporkan, bahwa puluhan badan amal dan yayasan telah menyalurkan lebih dari $105 juta ke organisasi “anti-Islam” (Islamophobia).
Laporan yang diterbitkan pada hari Selasa (11/1) membeberkan, bahwa antara 2017 dan 2019, 35 lembaga amal dan yayasan terbesar yang ditinjau telah menggelontorkan 105,8 juta dolar ke dalam jaringan 26 kelompok yang selama ini dikenal menjajakan sentimen anti-Muslim.
“Bukan rahasia lagi bahwa Jaringan Islamofobia tetap hiper-aktif dan didanai dengan baik,” ujar Huzaifa Shabaz, koordinator penelitian dan advokasi nasional CAIR dikutip dari laman middleeasteye.net.
“Hari ini, lebih dari sebelumnya, komunitas filantropi harus menetapkan kebijakan yang jelas untuk mencegah dana masuk ke kelompok pembenci dan menerapkan inisiatif pendidikan bagi staf dan anggota dewan untuk membantu mereka memahami sejauh mana fanatisme anti-Muslim,” imbuhnya.
Huzaifah menjelaskan, data keuangan diperoleh melalui dokumen pajak masing-masing lembaga amal dan yayasan yang tersedia untuk umum untuk tahun 2017, 2018 dan 2019.
Fidelity Charitable, salah satu organisasi yang disebutkan dalam laporan Cair, mengatakan kepada Middle East Eye bahwa “hibahnya direkomendasikan oleh donor yang memiliki rekening dana yang disarankan oleh donor di Fidelity Charitable”.
“Ini tidak mencerminkan pandangan atau mewakili dukungan oleh Fidelity Charitable, badan amal publik independen yang netral,” kata juru bicara itu, seraya menambahkan bahwa itu memastikan hibah hanya diberikan kepada badan amal yang dibersihkan oleh Internal Revenue Service.
Namun, sebuah laporan sebelumnya oleh CAIR menemukan bahwa 1.096 organisasi bertanggung jawab untuk mendanai 39 apa yang disebut kelompok Islamofobia antara 2014 dan 2016, dengan kelompok-kelompok tersebut memiliki pendapatan setidaknya $ 1,5 miliar.
Kelompok hak-hak sipil Muslim mendefinisikan jaringan Islamofobia sebagai kelompok organisasi dan individu terdesentralisasi yang “berbagi ideologi permusuhan anti-Muslim yang ekstrem” dan bekerja sama untuk mendorong opini publik negatif dan kebijakan pemerintah terhadap Muslim dan Islam.
Laporan terbarunya membantu menambah jejak uang selama beberapa dekade yang melacak pendanaan sentimen anti-Muslim di negara itu, dan selanjutnya menunjukkan hubungan antara jaringan kelompok Islamofobia ini dan filantropi Amerika terkemuka.
Laporan itu muncul setelah skandal besar bulan lalu, ketika seorang direktur eksekutif di salah satu cabang negara bagian CAIR dipecat karena dilaporkan membagikan informasi tentang organisasi itu kepada “kelompok pembenci anti-Muslim yang dikenal”.
Beberapa minggu kemudian, CAIR mengumumkan bahwa mereka menemukan informan lain, yang telah memata-matai sebuah masjid tak dikenal di AS.
Tak ayal, berita itu mengirimkan gelombang kejut ke seluruh komunitas Muslim di seluruh negeri, yang telah terhuyung-huyung dari dua dekade terakhir menjadi subyek pengawasan pemerintah AS, termasuk penggunaan informan. (*)