Artikel ini dibuat berdasarkan pertanyaan seorang jurnalis; Ahad pagi, kemarin.
Jurnalis itu antara ingin pendapat saya soal pendatang baru di dunia politik khususnys anak dan menantu Presiden Jokowi.
Di Solo ada anak kandung pak Joko Widodo, Gibran. Sedangkan di Medan ada Bobby menantu Jokowi, jelas jurnalis itu.
Kata jurnalis itu Bobby beroleh banyak dukungan, salah satunya dari Ketua MUI Medan Prof Dr Muhammad Hatta yang bahkan menilai seperti Ali Bin Abi Thalib, sama sama di usia muda dan dipandang mampu memberantas korupsi.
Tidak Dilarang
Pertama perlu ditegaskan bahwa tidak ada larangan bagi siapa saja untuk mendorong anak, menantu atau kerabat untuk menduduki jabatan atau berebut jabatan tertentu dalam pemerintahan, apalagi melalui pemilihan langsung.
Orang mungkin ada yang berpendapat ini dan itu. Namun pro dan kontra pasti hanya sebatas yang tak menyangkut boleh tidaknya secara hukum anak, menantu atau kerabat petinggi negara mencalonkan diri dalam pilkada. Sekali lagi, tidak ada larangan untuk itu.
Awali dari Jabatan Menteri
Jika saya Jokowi, kedua anak dan menantu saya itu lebih baik saya ikutkan di dalam kabinet saja.
Gibran Rakabuming misalnya menjadi Menteri Perdagangan dan Bobby Nasution Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Ini sesuai rekam jejak masing-masing saja. Jika saya tak salah, Gibran sangat berbakat dalam bidang perdagangan, khususnya usaha dan investasi kuliner.
Bobby Nasution orang yang sangat sukses dalam bidang proverti di tanah air. Ia masyhur dalam bidang itu.
Pada Kementerian, sebagai Presiden, saya yang langsung mengedalikan; dan span of control saya menjamin mereka berdua tak akan kewalahan menjalankan tugas meski pun keduanya masih sangat belia.
Menurut kelembagaan negara kita tentu Kementerian yang mereka pimpin berada di bawah koordinasi seorang Menteri Koordinator yang secara lebih teknis bisa mengarahkan.
Mereka pun bisa menunjuk orang-orang berbakat dan sangat ahli menjadi Wakil Menteri, Direktur Jenderal, Direktur dan pejabat-pejabat eselon lainnya. Tugas mereka bisa sangat sukses memimpin Kementerian.
Kendati menurut konstitusi seorang Presiden hanya boleh menjabat selama dua periode, namun sebagai Presiden yang memimpin Indonesia selama dua periode, saya tetap saja memiliki peluang besar untuk berdiplomasi dengan presiden yang akan menggantikan saya agar kedua anak dan menantu saya itu dapat diangkat kembali pada Kementerian yang sama.
Sekiranya salah satu atau keduanya sama-sama tak berhasil masuk kabinet pada era setelah saya, barulah langkah politik baru dibuat dengan menempuh jalur pemilihan langsung.
Dengan bekal pengalaman sebagai Menteri Gibran akan favorit menang dalam pilkada. Bukan Pilkada Solo, itu bukan lagi kelasnya, melainkan menjadi Gubernur Jawa Tengah.
Begitu pun Bobby Nasution, kelak dapat diperkirakan akan sangat mudah mengungguli rival-rivalnya menuju Sumut 1.
Perkiraan umum kedua anak dan menantu saya itu bisa menjadi pemimpin di daerahnya masing-masing selama dua periode.
Maka tentu sajs masa 10 tahun 8sudah lebih dari cukup untuk merancang langkah untuk RI 1 bagi Gibran.
Catat bahwa Sumatera Utara adalah daerah terbesar di luar Jawa, dan salah satu daerah terbesar di Jawa adalah Jawa Tengah.
Tantangan Yang Sulit
Bertarung pada Pilkada Solo dan Medan adalah hal cukup sulit bagi Gibran Rakabuming dan Bobby Nsution.
Pasalnya resistensi politik cukup besar dan sama sekali tak dapat dibaca dari pengelompokan partai yang bergabung dalam koalisi mereka atau mudahnya mereka beroleh dukungan partai untuk menjadi calon.
Saya tak menepis jika orang mengatakan bahwa kondisi ini sesungguhnya bagi Jokowi serba salah.
Jika anak dan menantunya menang di dua daerah, orang akan bilang “ya iyalah, masa anak dan menantu Presiden kalah? Kan semua kekuatan pemerintahan menjadi tim pemenangan?” Sebaliknya jika kalah, entah apalagi yang akan dikatakan orang.
Dukungan Ketua MUI
Saya lebih baik beranggapan bahwa Ketua MUI Kota Medan Prof Dr Muhammad Hatta tidak pernah benar-benar pernah berniat mengucapkan bahwa Bobby Nasution identik Ali; muda dan dapat diandalkan memberantas korupsi. Ya, saya anggap media salah kutip.
Jika pun hal itu benar-benar pernah terucapkan oleh Ketua MUI Kota Medan Prof Dr Muhammad Hatta, saya anggap beliau hendak memberi pendidikan politik dengan menggambarkan bahwa dunia politik dan pemerintahan penuh tantangan.
Salah satu di antara tantangan beratnya ialah kemaharajalelaan korupsi, baik di puncak pemerintahan maupun di level terendah. (*)
Shohibul Anshor Siregar, Dosen FISIP UMSU